Kamis, 30 Desember 2010

Penemuan: Dia di Dalam Aku

"Kita putus"

Sebuah kalimat yang membuatku terdiam, terkejut hingga tak mampu bereaksi. Sebuah perdebatan kecil melalui pesan singkat berubah menjadi sebuah pelatuk yang mencetuskan sebuah eksekusi pengakhiran. Beberapa menit kemudian, setelah semua syaraf kembali bekerja, aku tersadar, semua berakhir.

Beberapa hari aku hidup bagai zombie, zombie yang tak memiliki ruh, zombie yang tak memiliki rasa. Aku mati rasa, jiwaku pergi. Aku hanya bisa menangis, menangis karena aku tahu seharusnya aku bersedih. Aku hanya tahu bahwa aku seharusnya bersedih. Tak dapat merasa.

Bertepatan dengan peristiwa itu, ibuku harus di rawat di rumah sakit. Lengkap. Makin aku mati rasa.

Aku hanya sendiri, setiap siang dan malam hari menyusuri lorong sepi rumah sakit itu. Aku menemani ibuku, aku harap ibuku segera pulang. Mungkin lebih tepatnya, ragaku menemani ibuku.

Tidak ada kabar darinya. Tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Aku sendiri.

Sesekali teman-temanku datang menjenguk ibuku. Hatiku mulai bisa merasa, mereka memberiku rasa. Tetapi sayangnya rasa itu tidak bertahan lama, hanya bertahan sekejap lalu hilang. Aku mencarinya, mencari orangku satu-satunya. Dia tetap tidak ada. Hanya sesekali ku dapat pesan singkat darinya. Hal itu tidak membuatku lebih baik. Aku tidak sekedar membutuhkan pesan singkat.

Sering aku menahan tangisku di depan ibuku, yang kemudian menyebabkan suaraku sedikit menghilang. Dalam istilah psikologi hal itu disebut hysterical aphoni (tidak mampu berbicara keras dan suara berbisik). Hal itu merupakan dampak dari represi yang aku lakukan. Dampak berikutnya adalah somatisasi. Somatisasi adalah bentuk gangguan kecemasan yang tidak begitu jelas karena dimunculkan dalam bentuk keluhan fisik.

Ternyata aku lemah, aku tidak sekuat yang aku kira.

Aku selalu ingin merasa kuat dengan berkata kepada diriku sendiri, "Sya, kamu ngga apa-apa lho. Kamu kuat. Kamu bisa". Tapi ternyata tidak. Aku tidak kuat dan aku belum bisa. Aku membutuhkan waktu untuk berduka. Berduka karena kehilangan seorang lelaki dari hidupku. Aku membutuhkan masa berkabung.

Mungkin bukan karena "putus"nya lalu aku bersedih, namun lebih kepada "takut kehilangan". Aku takut sendiri, aku bukan jenis manusia yang mudah dekat secara emosi dengan orang lain, maka dari itu, aku takut kehilangan dia. Dia yang merupakan orangku satu-satunya. Orang yang aku perbolehkan melihatku sampai ruang terburukku. Dia yang di depannya aku tidak menggunakan lapisan catku.

Berminggu-minggu berlalu. Secara berlebihan aku dapat mengatakan bahwa dunia ini terasa hampa. Terus merasa sepi walau berada dalam keramaian. Senyum dan tawaku hanya terbias dari bibirku, tak terpancar di mataku. Aku lah, Isya si Zombie.

Aku lelah. Lelah mengeluh pada teman-temanku. Aku tahu mereka mempunyai segudang aktivitas yang lebih berharga daripada hanya mendengarkan ceritaku yang itu-itu saja. Aku juga tidak mau terus-terusan berkubang dalam lubang hitam. Aku harus bangkit.

Ketika itulah, setelah aku membuat keputusan itu, aku tersadar.
Dalam suatu sujudku, aku menemukan-Nya.

Allah tidak pernah tidur. Allah adalah satu-satunya tempatku bersandar. Allah tempatku bisa menceritakan semua perasaanku. Dan hanya Allah yang tahu benar bagaimana perasaanku, Dia memahamiku lebih dari siapapun.

Tapi di mana Allah? Aku tak dapat melihat-Nya.

Aku berdoa lagi dan kemudian dalam sujudku yang selanjutnya aku teringat, Allah ada sangat dekat denganku. Allah berada di dalamku. Lebih dekat dari siapapun yang berada di sampingku. Allah tidak pernah beranjak sedetik pun dari diriku. Dia selalu melihatku, mengawasiku, dan menungguku untuk bercerita kepada-Nya. Ya, aku menemukannya, aku menemukan yang aku cari. Aku menemukan Dia yang selalu bisa menerima diriku apa adanya, yang selalu mau mendengarkan ceritaku tak perduli berapa kali aku mengulangnya, tak perduli seberapa membosankannya ceritaku, dan pada-Nya aku tak perlu malu. Dia-lah Tuhanku satu-satunya.

Ternyata, ketika aku tak dapat melihat-Nya, itu bukan berarti Dia tak ada. Aku hanya perlu merasakan-Nya. Merasakan keberadaan-Nya yang lebih dekat dari apa pun. Merasakannya dengan kepercayaanku. Dia yang selalu menjagaku 24 jam/hari setiap tahunnya dalam setiap nafas yang ku hirup.

Kepada-Nya aku dapat memohon apa pun yang aku mau, kepada-Nya aku tak perlu malu menceritakan semua rahasiaku, dan Kepada-Nya aku tak perlu takut kehilangan.

Dari-Nya aku mendapat kekuatan, dari-Nya aku mendapat kesembuhan dan dari-Nya aku mendapatkan janji abadi yang tidak mungkin diingkari.

Ketika aku bersungguh-sungguh memohon, ketika yang ku mohonkan adalah hal yang baik bagiku menurut-Nya, maka Allah akan mengabulkan doaku di suatu waktu.

Allah, terima kasih Engkau bersedia ada untukku. Bersedia tetap tinggal untuk mendengarkanku walau aku sangat sering melupakan-Mu. Terima kasih, Ya Allah.


Kesimpulannya: mulai dari hari ini dan seterusnya, hal-hal yang harus ku lakukan hanyalah:

Berdoa, Percaya dan Bersabar menanti kejaiban dari-Nya.

Selasa, 16 November 2010

Sepasang Mata dari Dunia Tanpa Rasa


Seorang gadis dari suku bangsa kulit putih, kita sebut saja namanya Khan. Khan? Ya, dia gadis dengan ciri-ciri yang mirip seperti Khan dalam film My Name Is Khan.


Khan ini didiagnosis mengalami autisme sejak masih kecil. Saat ini Khan tinggal di sebuah asrama milik seorang ibu pemberi terapi autis. Khan datang ke Yogyakarta ketika ia berada di kelas 3 SD dan saat ini Khan sudah duduk di kelas 2 SMP, di sebuah SMP untuk anak bukan luar biasa. Khan adalah seorang gadis yang berasal dari sebuah pulau terbesar di Indonesia.


Saya terenyuh melihat Khan. Menurut saya, semua tingkah laku Khan, baik verbal mau pun non verbal adalah tingkah laku yang datar. Intonasi suaranya, gerakan tangannya, bahkan tatapan matanya. Semua datar, tidak tampak adanya bukit, gunung atau pun jurang. Rata.


Ketika saya tersenyum, dia hanya memandangnya. Kosong, tidak tampak suatu perasaan apapun dimatanya. Ketika Ibu Walinya bercanda, dia tetap memandang kosong. Khan hanya menimpali candaan itu dengan datar.


Saya hanya bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana dunia yang dijalani oleh Khan? Dunia remaja yang biasanya dipenuhi canda tawa khas remaja yang nampak disikapinya dengan datar.


Menurut sebuah artikel yang saya baca, penderita autis ringan yang dikenal dengan nama Asperger Syndrom ini memang mengalami hambatan dalam mengenal ekspresi afeksi orang lain dan mengekspresikan afeksinya sendiri. Dia tak sepenuhnya mengerti arti tawa, senyum, marah dan perubahan intonasi suara.


Inilah dunia Khan. Saya hanya menuliskan dari apa yang saya amati, hal-hal kasat mata yang dapat saya lihat. Darinya saya mengerti arti penting sebuah quote "Mata adalah jendela jiwa". Dari mata, terpancar perasaan atau afeksi yang dirasakan seseorang. Namun bagaimana dengan Khan? Apakah matanya yang kosong ketika memandang seseorang merupakan indikasi kehampaan dan kesepiannya dari sentuhan afeksi?


Maka bersyukurlah saya ketika melihat ke arah cermin dan melihat sepasang mata yang memandang balik kepada saya. Sepasang mata yang masih memiliki jiwa.





kekayaan rasa terpancar melalui mata

Selasa, 09 November 2010

Manusia Selang Air

Kau lihat selang air di sana? Berdiri tegak dengan kepala menengadah ke atas. Berjalan dengan pongah seolah makhluk paling gagah.



-----------



Hei, selang air, tak lihatkah ada manusia lain di sekitarmu?

Tundukkanlah sedikit kepalamu, berilah salam hormat dan sapaan hangat kepada mereka yang kau lihat.



Selang air, tak dapatkah kau menunduk sedikit saja?

Apakah gerangan yang kau lihat di atas sana?

Apa yang kau cari di langit tanpa batas itu?

Tak ingatkah kau pada bumi?



Selang air, mereka menyapamu, mereka memberimu sebuah senyum tulus yang membentuk sudut lengkung di wajah mereka.

Berikanlah balasan darimu.

Sentuh mereka dengan hangatnya tawa candamu.



Oh,, selang air.

Siapa pun dirimu kini, kau tetap manusia.

Kau sama dengan dengan mereka.

Menunduklah..



Selang air!

Kemana perginya sopan santunmu?

Ada manusia yang lebih tua pun tak kau perdulikan keberadaannya.

Apakah sebegitu beratnya menggerakkan mulutmu itu untuk berbicara?

Sebegitu mahalnyakah harga sebuah kata dari bibirmu yang berwarna?

Selang air, menunduklah..



Selang air, tidakkah kau diberikan pelajaran budi pekerti?

Ayah dan Ibumu bertanya, kau diam.

Gurumu memberi salam, kau diam.

Teman-temanmu meberikan senyum, kau diam.



Selang air, mau jadi apa kau nantinya?

Tak kau hiraukan lagi keberadaan orang lain selain dirimu.

Kemana perginya seluruh sopan santun dan ramah tamah yang dulu kau miliki.

Mengapa semua tiba-tiba bersembunyi?

Ingatlah, dengan menghormati orang lain, maka kau akan dihormati pula, hargailah orang lain, dan kau akan dihormati juga oleh mereka.



Pikirkan tindakanmu, selang air.

Jangan kau merasa paling hebat dan paling pandai.

Merendahlah.

Ketika kau merendah, orang lainlah yang akan meninggikanmu, namun ketika kau meninggikan dirimu, orang lain akan merendahkanmu.



Sebarkan lah rasa kasihmu, selang air.

Bagikan tawa riang dan senda guraumu pada mereka.

Tak usahlah semua hal kau hitung dengan kotak ajaibmu yang berisi tombol operasi matematika.

Karena sebenarnya, kau tak akan pernah mampu mengkalkulasikan sebuah nilai dalam hidup ini, yaitu "nilai keberadaanmu".

Jumat, 05 November 2010

Kata Merapi

"Hallo, Jogja.. Selamat Pagi? Apa kabarmu, teman lama? Hehe.. Maaf, aku baru saja terbangun dari tidurku. Oya, bagaimana abu vulkanikku? Sudah diterima kan?


"Apa?"


"Tidak Jogja, aku tidak marah. Aku bukan sedang mengamuk.."


"Hah? Korban? Maaf soal itu, aku sudah berusaha sebisaku untuk memberi tanda-tanda pada mereka. Tapi mereka terlalu menyayangiku. Mereka mengira bahwa aku sedang marah, jadi mereka berusaha menenangkan aku. Aku juga menyayangkan kepergian mereka yang katanya karena aku. Tapi sungguh, Jogja, aku tak bermaksud begitu. Kita sudah berkawan lama kan?"


"Yah, mungkin ini keterbatasanku sebagai sebuah gunung, aku tak dapat bebicara dan memaparkan semua rencanaku. Tapi, andai kau tau, Jogja. Rencanaku ini merupakan rencana jangka panjang, lho. Lebih panjang dari REPELITA. Aku merencanakan sesuatu yang besar bagi generasi-generasi mendatang. Bukan hanya generasimu, Jogja, tetapi generasi mendatang di seluruh dunia."


"Jangan marah, Jogja. Jangan kau berburuk sangka padaku. Dengarkan dulu rencanaku."


"Begini awalnya. beberapa waktu lalu, kawan lama kita, Puting Beliung mengunjungiku. Dia bercerita bahwa beberapa waktu yang lalu ketika aku masih tertidur, dia berjalan-jalan beberapa kali melintasi Pulau Jawa. Katanya, baru sebentar dia melintas, pohon-pohon bertumbangan, ada yang dahan-dahannya patah dan ada juga yang tercabut hingga akar-akarnya. Asumsi dari Puting Beliung adalah karena pohon-pohon mulai bosan berada di sini. Mereka tak lagi mendapat cukup makanan dari tanah. Mereka sedikit kecewa pada hujan, karena belum sampai sampah-sampah daun berubah menjadi humus, sampah-sampah itu sudah tersapu oleh airnya. Belum lagi lahan hidup mereka semakin sempit karena terdesak oleh pesatnya pembangunan di kotamu. Mereka tidak lagi memiliki banyak teman sepepohonan."


"Lalu, Puting Beliung pergi menemui Laut. Dia bertanya, mengapa Laut memproduksi terlalu banyak uap air sehingga hujan turun berkepanjangan. Kata Laut, terlalu banyak sinar matahari yang mengubah air laut menjadi uap air dan kemudian membentuk awan. Dn turunlah hujan. Saat Puting Beliung berjalan-jalan, dia mendengar istilah 'global warming'. Kata mereka, hal itu lah yang menyebabkan kenaikan suhu di Bumi dan secara tidak langsung hal itu juga yang mebuat banyak hujan terjadi di dunia."


"Lalu aku berdiskusi dengan Puting Beliung. Aku berpikir, bagaimana caranya menhijaukan Bumi ini lagi sehingga dampak dari 'global warming' dapat dikurangi. Aku mengerjapkan mata dan melihat beberapa pendudukmu sedang mengkampanyekan suatu gerakan penghijauan bertajuk 'go green'. Aku mendapatkan ide dari hal itu. Lalu kususunlah sebuah rencana 'go green' sebaik mungkin untuk membantu menyukseskan kampanye mereka."


"Tunggu, Jogja. Jangan terburu-buru. Dengarkan baik-baik. Begini rencananya. Pertama-tama aku akan mengeluarkan abu vulkanikku yang memiliki zat hara untuk menyuburkan tanah, aku harap, tanah di Bumi ini akan subur. Dalam hal ini, aku juga sudah bekerjasama dengan Angin. Aku memintanya untuk mendistribusikan abu vulkanikku ke tempat-tempat yang mampu dia jangkau. Aku juga sudah membujuk Laut untuk menciptakan hujan. Hujan akan membantu dalam proses penyerapan mineral-mineral alamiku, sekaligus membersihkan kotamu yang tampak putih dari atas sini. Lambat laun, tanah-tanahmu akan kembali subur, aku harap akan banyak pepohonan yang menyukainya. Aku harap mereka mau mengerti dan mau bertahan ketika Puting Beliung berkunjung lagi. Yah, ini semacam sogokan bagi mereka agar mereka tetap mau bertahan hidup di kotamu, Jogja."


"Apa tumbal?! Hei, kau tahu aku tidak memakan manusia atau ternak kan? Aku menyayangi mereka. Sudah kukatakan kepadamu bahwa aku sudah memberi peringatan sebelumnya. Namun mereka tidak mengerti maksudku. Aku tak pernah bermaksud mengorbankan manusia-manusia itu, dan ternak-ternak itu."


"Baiklah, maaf aku tidak sengaja. Tapi, aku juga sudah berdoa pada Tuhanku Pemilik Serdadu Malaikat. Aku memohon kepada-Nya untuk mengantarkan ruh dari korban-korban itu ke tempat terindah di sisi-Nya. Aku juga berdoa, semoga ternak-ternak yang meninggal itu dapat dihitung sebagai kurban dari pemiliknya. Semoga nantinya para ternak dapat menjadi tunggangan pemiliknya ketika mereka berada di Padang Masyar. Aku benar-benar minta maaf, Jogja. Aku juga berduka."


"Oya! Untuk pepohonan yang rusak, aku sudah berdoa juga pada-Nya, agar dari bekas mereka itu, ditumbuhkannya beraneka ragam tumbuhan-tumbuhan baru yang lebih hebat. Tumbuh-tumbuhan yang mampu menghijaukan dunia ini, mampu memproduksi leboh banyak Oksigen untuk kebutuhan pernafasan manusia yang jumlahnya semakin banyak."


"Begitulah rencanaku, Jogja. Memang masih lama sekali hal tersebut terjadi, namun aku harap kau dan pendudukmu mampu bersabar menunggu hingga keajaiban itu terjadi."


"Ya, aku tahu, mungkin generasi sekarang tak memiliki waktu yang cukup panjang untuk melihat hal itu terjadi. Tapi tenang saja, Jogja. Aku sudah menyediakan hadiah kecil yang lain. Tak lihatkah kau sungai-sungaimu mengalirkan lahar dinginku? Itu hadiahku untuk jangka waktu dekat ini, Jogja. Aku memberikan beberapa bahan dasar untuk pembangunan di kotamu. Aku juga ingin ikut aktif terlibat dalam hiruk pikuk perkembangan manusia menuju masa yang lebih baik, tentunya."


"Sekali lagi aku minta maaf, sobat lama. Dan maaf juga kalau beberapa waktu aku terbatuk terlalu keras sehingga membuat panik seluruh pendudukmu. Saat itu aku tersedak sesuatu, lalu aku terbatuk terlalu kuat. Maaf ya. Aku benar-benar tidak punya maksud buruk padamu, saudaraku."


"Tidak, tidak perlu berterima kasih. Aku ikhlas melakukan semuanya. Semoga bermanfaat ya."


"Sampai kapan?"


"Em,, aku belum tahu pasti. Aku rasa sesegera mungkin. Jika aku sudah mendapat kabar dari Angin tentang pendistribusian abu vulkanikku. Tunggulah, kawan. Sebentar lagi, dan setelah itu aku akan tertidur lagi. Tertidur untuk mempersiapkan masa bangunku di waktu yang akan datang. Aku berharap, ketika aku terbangun lagi, aku melakukan segala sesuatunya dengan cara yang lebih baik lagi."


"Terima kasih untuk seluruh pengertianmu, kawan. Sampaikan terima kasihku kepada pendudukmu yang menjadi relawan dan pendudukmu yang secara tulus membantu proses evakuasi pengungsi, terima kasih juga pada pendudukmu yang terus memantau keadaanku. Tolong yakinkan kepada mereka kalau aku akan segera mereda. Sampaikan pada pendudukmu yang kehilangan saudara dan keluarga, bahwa aku tidak sengaja dan aku turut berduka cita sedalam-dalamnya."


"Terima kasih, kawan. Terima kasih untuk kesedianmu mendengarkanku dan menyampaikan pesan-pesanku. Tunggulah beberapa saat lagi, aku akan berhenti, semua aman terkendali, perekonomianmu bangkit lagi dan jumlah wisatawanmu akan meningkat drastis bagaikan dalam mimpi."


"Uahmm.. Lihat, aku mulai mengantuk, Jogja, kawan dan sahabat lamaku. Sampai jumpa lagi di lain waktu ya."


"Terima kasih banyak atas kesabaranmu."




"Bersabarlah.."


Kamis, 28 Oktober 2010

The victory in the heart

There is no victory without sacrifice.



Wait up..



There IS victory without sacrifice.



How come?



It's all because of i k h l a s.



Ikhlas will purifying the heart, so the pure heart makes victory..



Just it.



Could u?


Selasa, 26 Oktober 2010

Menurutku, Dia-lah Tuhanku

Aku bukan orang suci yang selalu berwudhu minimal lima kali sehari.

Aku bukan orang suci yang bersujud untuk-Nya minimal lima waktu dalam satu hari.

Dan aku bukan orang suci yang tidak pernah mencurigai.

Tapi aku tahu dari lubuk hatiku yang terdalam dan dari dasar rasionalitasku sebagai manusia, Tuhanku, selalu terlalu baik kepada umat-Nya.

Bencana-bencana ini pun bukan sebagai bentuk kemarahan-Nya.

Bencana-bencana ini pun bukan bentuk kekecewaan-Nya pada umat-Nya.

Bencana-bencana ini hanya lah salah satu bentuk lain dari kasih sayang-Nya.

Inilah cara halus-Nya untuk mengingatkan kita agar kita tetap dekat pada-Nya.

Suatu sentuhan halus dalam usaha-Nya untuk tetap bersama makhluk-Nya.

Coba bayangkan jika Tuhan mengingatkan manusia dengan cara yang lebih ekstrim yang mungkin kita sangka akan lebih baik dari apa yang telah Dia lakukan.

Misalnya saja jika Dia menurukan salah satu malaikat-Nya untuk mengingatkan kita.

Apa yang terjadi?

Kemungkinan pertama: manusia terkena serangan jantung mendadak karena terkejut dengan kedatangan makhluk asing di hadapannya.

Kemungkinan kedua: manusia menjadi buta matanya karena retina manusia tidak mampu menghadapi silaunya cahaya malaikat.

Kemungkinan ketiga: manusia tidak akan mengerti apa yang dikatakan malaikat tersebut karena mereka terlalu kagum dengan ciptaan Tuhan-Nya.

Kemungkinan keempat: manusia tersebut akan dianggap mengidap suatu gangguan kejiwaan oleh manusia lainnya yang tidak mempercayai ceritanya.

Jadi, dengan adanya bencana adalah cara terbaik dari Tuhan untuk mengingatkan manusia-Nya. Tidak berlaku untuk satu manusia, namun untuk seluruh umat-Nya di muka bumi. Mungkin inilah cara yang efektif dan cara paling halus yang paling tidak menyakiti manusia.

Dan tahukah kita? Mungkin saat ini Tuhan sedang merindukan kita. Tuhan merindukan lantunan ayat-ayat suci-Nya di dalam tegak berdirinya seorang hamba. Tuhan merindukan doa-doa hamba-Nya yang terucap tulus dari hati sanubari mereka.

Itu lah Tuhanku dalam keyakinanku.

Tuhanku yang selalu memiliki rasa kasih untuk umat-Nya.

Tuhanku yang selalu memiliki banyak alasan untuk menyayangi umat-Nya.

Arrahman & Arrahiim

Jumat, 22 Oktober 2010

Makna Cinta di Suatu Jumat Pagi

"Awalnya, pernikahan kami berlangsung hangat dan bahagia, mba",, sebuah kalimat meluncur dari wanita itu di sela-sela isak tangisnya.. "Sekarang saya hanya merasa bingung dan takut pada ancaman-ancamannya. Jujur mba, saya masih mencintai suami saya. Saya hanya sudah tidak tahan lagi dengan perlakuannya".

Sebuah curahan hati yang menggetarkan jiwaku pagi ini. Sesuatu yang membuatku membeku dalam diam. "Allah tahu kekuatan hamba-Nya, mba", kalimat umum yang mungkin sudah sering kali didengar wanita itu. Sambil sesekali menggosok-gosok lengannya, aku terus berpikir tentang apa yang baru saja ku dengar dari seorang wanita yang sedang duduk di depanku ini.

Cinta adalah salah satu hal abstrak berupa konstruk psikologis yang sulit didefinisikan. Cinta adalah keajaiban bagi yang merasakannya. Beberapa kata yang mengandung makna cinta *yangakutahu* : Cinta suci,cinta orang tua, cinta buta, cinta mati, cinta monyet, cinta pada pandangan pertama, cinta lokasi, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta abadi, atau,, cinta fitri. Semua kata itu memiliki makna yang berbeda. Cinta dapat terasa indah, melambungkan jiwa dan raga hingga dunia terasa bagai surga. Di saat lainnya cinta dapat berubah menjadi hal paling menyakitkan, hal paling busuk yang pernah dirasakan manusia.

"Saya selalu merasa jatuh cinta dengannya, tapi sekarang saya takut, saya tidak tahu apa yang saya rasakan", wanita mungil tersebut mengutarakan kegalauan hatinya akan cinta pada suaminya pada ku. Ku mencari, ku cari kata-kata terbaik untuk dapat meringankan beban yang dialami wanita itu, tapi terjadi mental blocking secara mendadak pada otakku. tak ada kalimat yang cukup pantas yang dapat ku berikan pada wanita itu, aku tak cukup berpengalaman akan cinta. hanya ada beberapa cinta pada hidupku dan sekali waktu, aku pernah ragu akan keberadaan cinta. Hss,,.. Sudah lama waktu itu berlalu.

---------

Setelah melalui sebuah sesi pendek denganku, beruntung wanita itu dapat bertemu dengan seorang konselor yang kemudian memberitahuku sebuah kalimat sakti yang menggetarkan jiwaku untuk kedua kalinya di pagi ini. Katanya pada wanita itu, "Mbak, mungkin ini jalan surgamu". How wonderfull is that??? Sebuah kalimat manis dari ibu konselor untuk kliennya yang kebingungan. Sebuah kata sakti yang tidak menuntutnya berbuat sesuatu, hanya mengingatkannya secara sederhana akan ketulusan cinta yang pernah diberikan wanita itu untuk suaminya. Sebuah kata yang kemudian memberikan semangat baru kepada seorang wanita yang hampir menyerah dan memilih berpisah. Sebuah kalimat yang menyadarkan lagi alasan awal wanita itu bersedia menikah dengan seorang laki-laki yang memiliki masa lalu yang kelam. Sebuah kalimat yang mengingatkan kepadaku arti penting ketulusan sebuah cinta.





"Dalam cinta hanya ada memberi dengan ketulusan hati"

(ibukonselor, 2010)


*sebuah cerita perpaduan fiksi dan non-fiksi*

Senin, 18 Oktober 2010

10 Hal Paling WOW Selama KKN

10. Kedatangan -> Sebuah kedatangan yang menyenangkan, segenap jajaran RT membantu subunitku mencari pondokan.


9. Nonton bareng Final FIFA 2010 -> di Plataran Objek wisata Tamansari, aku menjadi salah satu MC, sebuah program KKN pertama sebagai program pembuka bagi program2 KKN lainnya.


8. Rangkaian lomba-lomba di HUT RI ke 65 -> suatu wadah dimana aku pertama kali menjadi panitia Lomba HUT RI.


7. Malam Tekad HUT RI 65 -> malam tirakatan pertamaku selama aku hidup 21 tahun *sepanjang aku mulai bisa mengingat hal*. Malam tekad ini berlangsung hingga pukul 02.00, memecahkan malam tekad terpanjang di RW 09.


6. Malam terakhir setelah penarikan -> malam itu hujan *hampir seperti kondisi saat ini* kami berteduh di cakruk kampoeng cyber ditemani saudara-saudara dan sahabat dari kampoeng cyber. Suasana hujan yang sangat hangat.


5. DPL yang serius tapi santai -> Ibu Budi Andayani dengan kebijaksanaannya membuat KKN ini tidak terasa mencekam.


4. Pondokan di Keboen 36 -> suasana yang asri dan hijau membuat pondokan KKN menjadi tempat paling nyaman dan membuatku lupa bahwa aku sedang KKN,, rasa-rasanya aku home stay dalam sebuah paket liburan.


3. Tim satu UNIT di UNIT 91 -> kita adalah tim yang minimal masalah. *setelah mendengar cerita tim lain*


2. Tim satu SUBUNIT di SUBUNIT 3 -> tidak pernah aku bayangkan akan aku temukan saudara sehebat kalian yang dapat saling mengisi kekurangan dan menambahkan kelebihan: Mba Nurul, Mas Andre, Arby, Adit, dan Echa.


1. Kondisi di RT 36 -> aku menemukan kehidupan perkampungan -dengan proporsi sempurna antara segenap warga dan suasana- yang ku inginkan.

Selasa, 05 Oktober 2010

Saudara- Saudari Planet Bumi Jangan Marah

Memandang hampa ke arah kotak kecil bergambar bergerak di depanku.

Kelebatan bayangan berganti satu persatu.

Orang dengan topeng hitam dicirikan sebagai teroris dari suatu agama tertentu.

Orang yang duduk di atas beramai-ramai memperdebatkan penunjukan Kapolri yang baru.

Perayaan Hari Ulang Tahun Tentara Negara Ini memunculkan korban menambah deretan luka pilu.

Kendaraan canggih pengangkut rakyat biasa mengunduh petaka melantunkan nada sembilu.

Mereka yang menduduki bangku teratas di gedung kehormatan sibuk meminta dibuatkan gedung yang baru.

Mereka yang di bawah semakin menjual murah harga dirinya demi sesuap nasi atau sebidang tanah di kampung halaman demi anak cucu.

Mana yang benar? Mana yang salah?

Bagai tersapu oleh debu gurun pasir gersang, semua kebenaran mulai terkubur perlahan.

Pelan.. Sedikit demi sedikit mulai kabur. Tertumpuk dusta manusia yang mulai bertebaran.

Cuaca tak lagi bersahabat dengan kondisi fisik makhluk lautan mau pun daratan.


Panas di siang hari adalah kemarahan dari Galaksi Bima Sakti.

Hujan di malamnya adalah duka lara dari seluruh penghuni alam raya.


Mereka diam dan terus berputar. Mereka menyaksikan setiap adegan dari kejauhan.

Mereka lah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Pluto yang bukan lagi planet, Bulan, Phobos, Deimos, satelit-satelit alam, asteroid, dan Matahari.

Penghuni alam raya melihat tingkah laku para penghuni Bumi, melihat saudari mereka tersakiti.

Satu negara Ini saja sudah melukai hati Bumi Pertiwi, belum lagi negara-negara di barat atau timur atau selatan atau utara negeri Ini.

Di mana kebencian, kepalsuan dan aneka kesalahan bertebaran atas nama kebenaran.

Mari kita hentikan semua ini, teman..

Jangan lagi kita uji kesabaran dari saudara-saudari planet yang kita diami ini.

Satu saja dari mereka berhenti, maka kita juga berhenti.

Berhenti berbicara, berhenti makan, berhenti minum, dan berhenti bernafas.

Rabu, 29 September 2010

Sebuah Kesempurnaan yang Tidak Sempurna - Manusia

-Everyone makes mistakes and you don't have to be perfect to be loved-


Berbincang seorang kakak di sore ini, "Dek, kamu ga perlu jadi malaikat yang selalu tampak baik. Tuhan hanya menginginkanmu menjadi manusia biasa. Manusia yang tak berdaya sehingga memohon pada-Nya. Setiap kali kamu ingin menjadi malaikat, Tuhan akan mematahkan sayap malaikatmu, berulang kali akan begitu. Kamu diciptakan menjadi manusia, karenanya, kamu boleh salah, ngga harus selalu benar".


Kalimat-kalimat itulah yang menyadarkan aku di sepotong senja, setelah hiruk pikuk kerja mulai sirna dan ruangan yang ramai kembali tenang seolah ikut mendengarkan. Pembicaraan dua anak perempuan itu menguasai ruangan. Di antara tumpukan kertas tes, alat tulis dan deru halus suara pendingin udara yang membuat kami merasa lebih nyaman, kami berkelana pada banyak masa kehidupan. Dibuka dengan sebuah cerita lalu tentang kenaifanku sebagai manusia "tak pernah ingin tampak buruk" atau dengan kalimat lainnya adalah "selalu ingin tampak baik".


Ternyata kami sama, tak hanya aku yang begitu, atau setidaknya dulu kami sama. Entah dipengaruhi budaya atau ajaran keluarga, kami adalah contoh manusia yang ingin selalu tampak bagai malaikat. Senyum ceria, ramah, suka menolong, tidak membenci, serba bisa, pintar, mudah memaafkan, mengasihi setiap makhluk ciptaan-Nya dan yang lainnya, itulah yang ingin kami citrakan pada dunia. Namun setelah kami mampu memahami, dibalik semua hal itu telah tersembunyi kepedihan hati yang bersemayam di bagian gelapnya sisi kehidupan, sebuah bagian kehidupan yang tak ingin kami biarkan setiap orang menyadarinya.


Kepahitan yang ku telan, kemarahan yang ku pendam, rasa benci, iri dan bahkan dendam yang selalu ku redam, semua menyeruak dengan kalimat yang meluncur dari hati kakak cantik itu, "kamu bukan malaikat". Tersadar dari dunia fana ini, entah berapa lama aku menjalani hidup sedemikian rupa agar aku tampak hebat, tampak pintar, tampak perkasa dan tampak tangguh. Entah berapa lama aku menahan tangis, menyembunyikan air mata kepedihan, dan berusaha mengubahnya menjadi tawa, sebuah tawa semu yang tak sempurna. Tawa yang hanya berupa lengkungan bibir yang sempurna dengan sudut-sudut bibir mengarah ke tulang pipi namun tak disertai emosi. itulah tawa yang ku persembahkan kepada semua orang 6 tahun terakhir ini.


Manusia itu sempurna karena dapat berpikir, dapat berlaku sesuai kehendak dan dapat merasakan rasa. Tapi karena hal itu juga lah yang menjadikan manusia tidak sempurna. Manusia bisa merasa marah, bisa menangis dan bisa lemah, tak perduli seperti apa, Tuhan menyukai manusia yang apa adanya. Tuhan menginginkan manusia-Nya bersandar kepada-Nya. Jadilah manusia, manusia ciptaan Tuhan yang terbentuk oleh daging dan tulang, bukannya terbentuk oleh cahaya.

Kamis, 23 September 2010

Terbawa Suara Hujan

Air yang menetes menimbulkan suara di antara malam

Teringat suatu masa di mana rintikannya menjadi latar belakang

Masa ketika aku duduk berlinang air mata bersama seorang teman

Menyaksikan kelebatan adegan demi adegan yang memilukan


Merindukan masa itu..

Masa di mana keramaian adalah sesuatu yang pasti

Walau waktu berlalu..

Masa itu akan tetap menjadi prasasti..


Sebuah tugu memori di dalam hati..


*masa-masa nonton My Name Is Khan bareng Mba Nurul di suatu Jumat malam.. Menanti warga pondokan pulang dari futsal (Mas Andre) dan yang cari makan karena kelaperan (adit, arby, echa)*

Harta Karun dari Masa Lalu: OST. Kobo chan

Di dunia ini semua bisa terjadi dan apa yang akan terjadi

Kita tak akan pernah mengetahui

Marilah kita hadapi pasti ada jalan keluar

Hari ini entah siapa yang akan bahagia

One two three four..

Nippon nippon cha cha cha cha cha

Kobo duduk di atas batu

Nippon nippon cha cha cha cha cha

Tralalallala galileo..

Tiap hari hahahahahhaa

Tawa canda ada di mana-mana

Tiap hari hahahahhaa

Aku benci makan pisang

Nippon nippon cha cha cha cha cha..

Tawa canda selalu ceria

Nippon nippon cha cha cha cha cha..

Bersemangat lah selalu!!!!

Nippon cha cha cha nippon cha cha cha

Nippon chacha cha cha cha cha chaaaa...