Rabu, 05 Oktober 2011

Bahasaku Bahasamu

Sore ini, masih terbaring di tempat tidur tanpa pekerjaan berarti, lalu saya putuskan untuk membuka-buka twitter.. Salah satu account twitter yang saya follow tampaknya sedang merasa marah terhadap suatu hal yang mengganggunya. Saya telusuri awal mulanya.. Ternyata ada seorang pengguna twitter lain yang memberi komentar tulisannya dengan kata "Oxymoron".

Saya telusuri pemilik account yang memberi komentar, kita beri dia inisial HFH dan account yg marah-marah karena diberi komentar adalah FB. HFH merasa, penggunaan kata "Oxymoron" itu berarti dua kata yang digunakan bersamaan yang memberi arti yang kontradiktif, contohnya: "sumbangan wajib", "cruel kindness", dll.. Sedangkan pihak yang merasa terserang (FB) merasa bahwa kata "oxymoron" itu memiliki arti lebih-lebih-lebih dari kata "moron" (tolol). Dua hal tersebut memperlihatkan bahwa ada perbedaan pemahaman atau definisi yang digunakan oleh kedua pemilik account tersebut. Hasil ketidaksepahamannya adalah "tweet war" atau "perang tweet".

Saya mendadak teringat kepada salah satu bab yang dibahas dalam mata kuliah Psikologi Umum (sekarang diberi nama Psikologi Dasar) di semester satu tentang "Thinking and Language". Kenyataannya, dalam mempelajari jiwa manusia, ilmuwan psikologi tidak dapat mengesampingkan adanya peranan bahasa dalam perkembangan masa hidup manusia.

"Language is a form of communication, whether spoken, written, or signed, that is based on a system of symbol." -Santrock, 2005.

Pengertian tersebut telah menjabarkan kepada kita mengenai pentingnya bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Manusia membutuhkan bahasa untuk berbicara kepada manusia lain, mendengarkan manusia lain, membaca, dan menulis (de Boysson-Bardies, dalam Santrock, 2005).

Bahasa juga memiliki peran sebagai penyampai pesan dari satu generasi ke generasi selanjutnya yang akan menciptakan kekayaan budaya, menggambarkan adanya peristiwa lampau dan rencana-rencana masa depan, yang tidak hanya berdampak pada pemikiran kita sendiri tetapi dapat juga berdampak pada dunia.

"Language is virtually an unbounded symbol system, so it is capable of expressing most thoughts. At the same time, language is the way we humans communicate most of our thoughts to each other. We do not always think in words, but our thinking would be greatly improvised without words." -Santrock, 2005.

Hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pentingnya penggunaan bahasa adalah bahwa memori tersimpan bukan hanya dalam bentuk suara atau gambar tetapi juga dalam bentuk kata-kata. Adanya bahasa membantu manusia untuk berpikir, membuat interfensi, mengatasi pilihan yang sulit, dan memecahkan masalah (Amsel & Byrnes, dalam Santrock, 2005). Bahasa dapat dianggap sebagai alat untuk merepresentasikan ide/gagasan seseorang (Gentner & Lowenstein, dalam Santrock, 2005). Para peneliti juga mengatakan bahwa bahasa dapat mempengaruhi pemikiran manusia.

Intinya, menurut saya kesepahaman bahasa antara dua orang atau lebih itu mutlak diperlukan untuk menghindari terjadinya salah paham dalam suatu hubungan. Dapat kita bayangkan bahasa yang dimiliki ibu dan anak balitanya yang terkadang terdengar seperti bahasa asing untuk orang lain tetapi dapat menjadi alat komunikasi efektif untuk ibu dan anak tersebut. "Dudugagagigu.." dapat dimaknai ibu yang terbiasa mendengar sebagai permintaan terhadap susu, sedangkan bagi orang lainnya kata-kata yg dikeluarkan si anak hanya dianggap sebagai kata-kata yang tidak berarti.

Nah, adanya bahasa seharusnya menjadi alat yang dapat menjadikan kehidupan ini menjadi lebih baik. Mungkin ada baiknya, saat terjadi kesalahpahaman antara dua orang atau lebih yang terkait dengan bahasa, dapat ditanyakan dulu, "Maaf, sebenarnya apa yang kamu maksud dengan blablabla..?" agar dunia ini damai dan bahasa menjadi alat komunikasi yang efektif dan efisien dalam menggambarkan gagasan yang dimiliki seseorang.



Sabtu, 20 Agustus 2011

Saat Roda-roda Merasa Cemburu

"Roda kehidupan selalu berputar", begitu kata orang. Tidak hanya roda kehidupan, aku adalah roda sepeda yang juga selalu berputar. Bersama dengan rekanku, aku membantu pemilik sepeda untuk bergerak di atas sepedanya dengan rasa gembira. Sesekali jalanan terjal, sesekali bergelombang, tak dapat diprediksikan. Siapa yang mampu memprediksikan kondisi jalanan? Tidak ada, semua rahasia Tuhan.

Satu masa, aku berpisah dengan rekan pertamaku, kemudian bertemu dengan rekan kerja yang kedua, dan yang ketiga. Kami lah sepasang roda yang membantu jalannya sebuah sepeda. Pergantian rekanan terkadang menjadi hal yang biasa meski perpisahan kerap menggoreskan luka.

Suatu ketika saat aku bersama partner rodaku yang lama, sepeda kami bertemu dengan sepeda lainnya. Kami berjumpa dengan roda-roda lainnya. Tahu, hanya sekedar tahu. Roda itu bersama roda ini bekerja sama dalam satu waktu. Tak disangka, ketika roda ketiga yang menjadi pasanganku dipindahkan, aku sendirian. Sepedaku tak lagi berjalan di jalan raya. Belum ada roda pengganti yang dipasangkan denganku untuk bekerja sama. Lama tak terkira. Beberapa kali pemilik sepeda berusaha menghadirkan roda-roda lainnya, tidak sesuai rupanya. Hingga datang sebuah roda yang pernah kukenal. Roda yang saat itu aku berpapasan dengannya.

Roda itu, ternyata dia akhirnya yang dipasangkan denganku. Malu-malu, kami mulai berkompromi tentang cara kami berputar. Agar seirama, agar membentuk harmoni roda sepeda yang mempesona.

Sesekali waktu saat kami berputar bersama di jalan raya, kami temui mereka, roda-roda lama yang pernah menjadi rekan kami di bawah sebuah sepeda. Cemburu! Itu namanya. Kulihat bayang masa lalu roda yang kini menjadi rekanku berusaha bersama dengan roda ini dan roda itu melintasi jalan raya. Sakit. Angin di rodaku berkurang. Aku merasa lelah. Pemilik sepedaku menyadarinya dan segera memompa.

Saat aku di pompa, pemilikku sering berkata, "Tegar, kuat, dan sabar rodaku. Jangan beratkan laju sepeda ini karena sakitmu. Bekerja samalah dengan baik dengan roda yang satu. Tak lihat kah engkau? Saat kau tak berjalan dengan kondisi prima, begitu juga dia. Berat baginya berjuang sendirian. Berat baginya menanggung beban sepeda ini, berat lagi karena dia harus menarikmu untuk sampai ke tempat memompa sepeda. Kuat lah rodaku, jaga hatimu". Pemilik sepeda tahu, aku cemburu. Malu.

Kubuka mataku, kulihat rekan rodaku di depanku. Dia adalah roda depan sepeda ini, memandangku dengan tatapan emas, khawatir aku mengalami luka parah sehingga harus diganti dengan roda yang lainnya. Sekilas adegan lama. Kuingat saat kami melintasi jalan bersama, bahagia. Kami tertawa sambil berputar, mengikuti ke arah mana sepeda berjalan. Menikmati semilir angin yang sama, menikmati percikan air di genangan. Cih! Aku merepotkannya, dia yang berarti bagiku. Jalan lama telah terganti dengan yang baru, tak ada waktu untuk cemburu. Roda kehidupan berputar bersama kami, menantang kami untuk berani berlaga menopang sepeda ini. Hari ini hingga nanti.

Minggu, 12 Juni 2011

Kasih-Nya Melalui Kamu


"Tuhan ada di dalam manusia-Nya".

Sepenggal kalimat yang pernah saya dengar dalam sebuah kitab.

"Tuhan berada sangat dekat, sedekat urat nadi di lehermu".


Begitu juga kalimat yang saya dengar selanjutnya.

"Jika Tuhan memang dekat, di manakah Dia? Bagaimanakah wujud-Nya?"

Dia lah Dzat yang ghaib.. Tak terlihat tetapi dapat dirasakan keberadaan-Nya. Mengimani-Nya memerlukan kecerdasan tingkat atas. Seperti yang diutarakan Piaget, dalam tahapan perkembangan kognitif tingkat paling atas dari perkembangan kognitif manusia adalah kemampuan berpikir abstrak. Tuhan adalah Dzat yang abstrak (ghaib). Tak dapat disentuh, tak dapat dilihat, tak dapat dicium, tak dapat didengar ataupun diraba. Tuhan ada jika kita merasa. Maka dapat saya tarik kesimpulan, Tuhan ada bagi mereka yang berakal dan mampu menyadari keberadaan-Nya.

Mengetahui keberadaan Tuhan ternyata sangat mudah. Baru-baru ini saya menyadarinya. Baiklah, dapat dikatakan saya cukup terlambat untuk menyadari keberadaan Tuhan diantara manusia. Saya memerlukan 22 tahun mencari-Nya. Baru kemudian beberapa hari yang lalu saya menemukan betapa Tuhan sangat dekat dengan saya.

Begini ceritanya..

Suatu hari saya membaca dalam sebuah buku -maaf saya lupa buku yg mana- bahwa salah satu tugas manusia adalah merepresentasikan keberadaan Tuhan. Saya pikir betul juga. Tuhan saya Yang Abstrak dapat "terwujud" di dunia yang nyata ini dengan perantara manusia. perilaku manusia yang mengikuti ajaran Tuhan akan menunjukkan perilaku Tuhan. misalnya saja ketika kita memberi kepada sesama. Ingatkan? Tuhan memiliki sifat Pengasih dan Penyayang, maka dari manusia yang memberi itulah kegemaran Tuhan "terwujudkan". Ketika kita berlaku adil kepada manusia yang lain, perilaku kita "mewujudkan" sifat Tuhan Yang Maha Adil. Dan lain-lainnya..

Bentuk abstrak dari Yang Abstrak adalah kasih Tuhan.
Lalu, bagaimana kita merasakannya?

Ini lah yang salah satu bentuk yang saya temukan..
Melalui dia, seorang laki-laki biasa yang sebenarnya tidak banyak berbeda dengan lelaki pada umumnya, saya merasakan kasih Tuhan. Melalui laki-laki yang kuat dan lembut disaat yang sama inilah saya merasa kasih Tuhan dipresentasikan dengan baik -saya tidak mengatakan dengan sempurna. Laki-laki ini tidak pernah saya prediksikan untuk dapat menjadi yang istimewa, tetapi ternyata laki-laki inilah yang dapat membuat saya lupa bahwa di dunia ini ada lebih dari seratus juta laki-laki lainnya. Melalui laki-laki ini, saya melihat kasih-Nya dan keajaiban-Nya.

Tujuh tahun lalu, kami hanya mengenal nama. Membayangkan berteman saja tidak apa lagi dapat berbagi kehidupan yang sama. Dia hanyalah salah seorang teman sekelas di tempat saya mengikuti suatu bimbingan belajar tambahan. Singkat cerita, dua bulan yang lalu entah mengapa dia meminta kontak saya. Pun jika ditelusuri jejaknya, kami tidak banyak melakukan interaksi dua arah. Sebatas tahu. Ya, itulah cara kerja Tuhan yang ajaib, cara kerja mistis yang tidak dapat direkayasa manusia. Kami berkenalan -mungkin secara resmi kami mulai saling mengenal pada titik ini- dan mulai berbincang. Obrolan ringan, seputar perkuliahan dan masa depan. Mengalir cepat melalui bebatuan terjal. Saling menahan rasa karena ada yang mulai tidak biasa. Bercanda, tertawa, berbagi kegalauan dan kebimbangan tentang rahasia suatu masa di sana. Banyak hal yang ternyata sama. Kebiasaan mengulang menonton film, rencana menikah di usia muda, rancang bangun suatu keluarga, jenis minuman bersoda dan cara meminumnya, dan terakhir ternyata kami memiliki jenis sepatu yang sama.

Satu kesepakatan, merapikan masa lalu kemudian datang saat sendirian. Satu bulan setelah berkenalan -ulang- kami berikrar. Dengan cara tidak biasa kami memulai semuanya. Saya duduk di kamar di depan laptop, dan begitu juga dia. Ketidaksengajaan yang disengaja Tuhan terjadi lagi, malam itu kami sama-sama berpakaian warna merah tanpa ada kompromi sebelumnya. Ikrar sederhana untuk mulai saling menjaga hingga saat yang besar tiba. Saya dan dia berubah menjadi "kita".

Sungai malas mengalirkan airnya yang jernih, satu bulan bersama banyak kenangan yang mulai menjadi pupuk dari benih kasih -inilah yang kemudian saya rasakan sebagai kasih Tuhan.

Tuhan sangat menyayangi saya sehingga tidak menginginkan saya sendirian. Tuhan mengirimkan dia melalui sebuah kesengajaan yang dirahasiakan. Kedatangannya membawa rasa syukur yang begitu besar, sebesar rasa syukur saya atas ijin Tuhan untuk nyawa yang masih disematkan. Kedatangan laki-laki ini seperti perwalian dari Tuhan yang menginginkan umat-nya dijaga dengan baik, mendapatkan kasih sayang yang lembut, mendapat pengertian, perhatian dan rasa dihargai, dengan kata lain mendapatkan kecukupan akan pemenuhan kebutuhan manusiawi. Tentunya dia menunjukkan dengan cara manusianya yang sederhana yang masih penuh keterbatasan jika dibandingkan dengan Kuasa-Nya.

Tuhan mempercayakan kepada saya seorang laki-laki yang tulus -tanpa tendensi apa-apa- memberikan rasa sayang kepada saya dan selalu berusaha menjaga saya dengan caranya. Tuhan begitu mengasihi saya sehingga mempertemukan dengannya yang bersedia mendengarkan saya disaat suka maupun duka, seremeh apapun suatu cerita yang saya punya. Tidak lupa, Tuhan juga menguatkan saya dan dia dengan menjaga kami berdua di tempat yang berbeda.

Melalui kamu, Stevan Chondro Suryono, saya merasa bahwa kasih Tuhan itu nyata.

"Sehalus dan seringan kapas putih yang menyelubungiku, itulah pancaran kasih Tuhan melalui kamu".


Sabtu, 14 Mei 2011

Kisah Kasih Pohon Mangga

Sebuah pohon mangga berdiri tegak.

Pohon Mangga sudah digariskan Tuhan.
Bahwa ia akan mengerluarkan buah bernama "Mangga".
Semenjak kecil hingga menjadi besar, mangga-mangga itu membutuhkan waktu.
Waktu tertentu dalam hitungan kalender dunia Mangga.
Waktu yang tidak sebentar, tetapi tidak lama jika dilalui dengan sabar.

Kisah ini diandaikan manusia yang menunggu besar dan manisnya buah Mangga.
Diberi pupuk dan air untuk pohonnya, dirawat dengan baik buahnya dari segala hama.
Menanti waktunya tiba untuk memetiknya dan merasakan manis daging buahnya.

Seperti aku menunggumu..
Bertemu, di kala Tuhan berkata "iya".

Sabtu, 16 April 2011

Baju Yang Menunggu

Ribuan baju ditawarkan di bumi ini. Namun, hanya ada satu baju yang ingin ku pakai hingga ujung waktu nanti. Sayangnya baju itu ditawarkan bukan di saat yang tepat. Aku terlalu kecil untuk mengenakannya. Walau begitu, aku tak ingin melewatkan baju itu. Maka aku simpan baju indah yang baru untuk sementara waktu, ku simpan dengan rapi di dalam almari. Agar suatu ketika nanti aku bisa bersatu dan berbagi. Mulai hari ini kepada Tuhan aku memohon, semoga suatu saat aku akan dapat mengenakannya. Dikenakan dengan indah sehingga ia dapat melekat denganku. Melindungiku setiap waktu, bergerak seirama dengan tubuhku. Menari, melenggang, dan melompat sepanjang sisa hidupku. Baju, dapatkah kau berdoa bersamaku? Mintalah kepada Tuhan agar suatu ketika kita dapat bersatu.

Rabu, 13 April 2011

Top of The World

Such a feelin’s comin’ over me

There is wonder in most everything I see

Not a cloud in the sky

Got the sun in my eyes

And I won’t be surprised if it’s a dream



Everything I want the world to be

Is now coming true especially for me

And the reason is clear

It’s because you are here

You’re the nearest thing to heaven that I’ve seen



(*) I’m on the top of the world lookin’ down on creation

And the only explanation I can find

Is the love that I’ve found ever since you’ve been around

Your love’s put me at the top of the world



Something in the wind has learned my name

And it’s tellin’ me that things are not the same

In the leaves on the trees and the touch of the breeze

There’s a pleasin’ sense of happiness for me



There is only one wish on my mind

When this day is through I hope that I will find

That tomorrow will be just the same for you and me

All I need will be mine if you are here



**Lagu ini dipakai dalam film Shrek Forever After. Lagu yang menjadi backsound saat Shrek merasa bisa menjadi dirinya sendiri. Kesannya sangat ringan dan sangat bahagia. :)

Rabu, 30 Maret 2011

Kebangkitan

Terbangun dari tidur panjang dan menyadari bahwa penyesalan sudah dirasa cukup.
Saatnya bangun dan bergerak.
Berjalan maju, mendewasakan logika dan afeksi.