Pernah merasa kecewa? sakit hati? bodoh? sampe-sampe bingung caranya nangis?? Mungkin itu perasaan para komandan yang dikhianati tentaranya, atau presiden yang ditusuk dari belakang oleh menterinya. Merasa salah meletakkan kesalahan, merasa seperti orang yang paling semangat padahal yang lainnya biasa aja..
Terbangun dari mimpi indah, berharap mimpi itu berseri, tapi tenyata sudah harus kembali ke realita. Mungkin akan sama rasanya ketika Cinderella ngga bisa nunjukin sepatunya pada pangerannya karena sepatu itu disembunyiin Ibu peri, atau ketika Aladdin balik dimasukin ke dalam lampu ajaib oleh si Jin warna biru, atau ketika tiba-tiba Dora sadar kalo Boots adalah sahabatnya Swipper.
Hard to believe it...
Gimana perasaan Cinderella, Aladdin dan Dora?
Ketika mereka terbangun dan sadar kalo ternyata mereka telah overestimate -minilai terlalu tinggi- ke orang-orang yang mereka kira penolong, teman seperjuangan, bahkan mungkin sodara (aku selalu mikir kalo Boots adalah adek laki-laki Dora).
Mungkin kalo mereka nyata atau ternyata penulis cerita mereka menulis salah satu episode mirip sama dengan yang aku gambarkan, aku rasa Cinderella yang tegar bakalan diem, duduk, ngga ngerti lagi harus gimana. Cinderella mungkin sulit untuk nangis karena semua akan bercampur dalam hatinya, marah, sedih, malu, dan berbagai macem perasaan yang bisa ngegambarin betapa shock-nya Cinderella atas tindakan Ibu perinya. Aladdin? How about Aladdin? Aladdin bakal lebih parah, dia bahkan ngga akan bisa keluar dari lampu ajaib itu sampe ada orang yang sadar Aladddin ilang, mengira-ira di mana Aladdin ilang, cari-cari keberadaan si Aladdin dan betapa kecil kemungkinan bakal ada orang yang sadar kalo si Aladdin masuk ke dalem lampu ajaib? Boro-boro ketemu Putri Yasmin,, bisa-bisa ga sampe sehari si Aladdin uda berubah jadi Jin juga. Hmm,sekarang Dora. Dora, gimana kira-kira rasanya jadi Dora dengan partener seperti Boots yang ternyata ga punya semangat juang kaya semangat juang Dora? Gimana kalo suatu ketika dengan tiba-tiba di tengah perjalanan mereka ke rumah nenek atau siapa pun si Boots ngerebut ransel Dora dan kasih ransel itu ke Swipper? Gimana Dora bisa nemuin jalan tanpa ada si Peta yang disimpen di ransel? Gimana Dora bisa ambil barang-barang -yang kadang terlalu besar untuk dimsukin ransel dan ga logis untuk dibawa anak kecil seumuran Dora- yang bisa bantu dia mencapai tujuannya?
Pertanyaannya adalah: Apakah Cinderella, Aladdin, dan Dora pernah berpikir, seandainya apa yang ada dipikiran partener mereka itu tidak sama atau mungkin bertolak belakang dengan pemikiran mereka?
Mungkin Cinderella, Aladdin dan Dora lupa perkataan temen mereka:
"We don't see things as they are, we see them as we are." - Anais Nin
Itulah,,mungkin ngga cuma Cinderella, Aladdin dan Dora (episode dongeng gila) mungkin juga aku atau kamu pernah merasakannya..
Melihat sesuatu hal tidak seperti mereka yang sesungguhnya, tetapi kita melihat mereka seperti kita melihat kita. Menggunakan persepsi kita untuk melihat persepsi orang lain sehingga persepsi orang lain tampak seperti persepsi kita..
Persepsi?? apa itu persepsi? tentunya bukan persepsi pernikahan (*resepsi), persepsi adalah cara pandang, atau sudut pandang seseorang yang nantinya akan mempengaruhi banyak hal. Persepsi bisa mempengaruhi cara pikir, persepsi bisa mempengaruhi suasana hati, dan persepsi juga bisa mempengaruhi cara kita bertingkahlaku. Semua karena persepsi. Tentunya ga sesederhana itu, banyak hal yang mempengaruhi persepsi manusia, dan banyak juga efek dari persepsi yang mempengaruhi kehidupan kita.
Semua kejadian seperti si sakit hati, merasa terkhianati, merasa dibodohi, atau rasa marah yang dialami tiga tokoh cerita ini kemungkinan besar dipengaruhi kesalahan persepsi mereka dalam melihat hal yang ada. Bukan salah Ibu Peri, Jin Biru, atau Boots kalo ternyata mereka ngga sepikiran dengan partner mereka. Mungkin memang dari awal mereka berniat seperti itu, cuma si Cinderella, Aladdin dan Dora aja yang keGRan (*Gede Rasa) merasa bahwa tiga makhluk -yang disangka- partner itu sepikiran dan bersedia maju berperang bahkan bersedia berjuang bersama mereka.
Sedih?
Kalo aku jadi salah satu dari mereka, jawabanku adalah,"IYA".
Sudah salah meletakkan kepercayaan, itu yang terlihat dari sisi kita. Tapi dari sisi seberang, apa yang mereka pikirkan? Apakah benar mereka memang menyalahgunakan kepercayaan? Jangan-jangan cuma kita aja yang sok percaya dan kemudian terlukai karena kepercayaan yang kita berikan ternyata tidak pernah diterima oleh mereka dan kemudian kepercayaan yang kita harapkan akan dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak yang kita rasa menerima kepercayaan itu berbalik seperti boomerang yang kemudian menyakiti diri kita.
Nah, bagi aku dan mungkin kamu yang pernah merasakan hal ini, hikmahnya adalah jangan terlalu tinggi atau terlalu lebay dalam melihat sesuatu hal, jangan juga kita terlupa untuk mengkonfirmasi apakah pemikiran kita sama, apakah pandangan kita sudah sejalan. Penting untuk diinget juga, jangan pernah memaksakan pandangan karena setiap orang punya keunikan mereka sendiri untuk berkembang. Tapi jangan trauma juga, lebih baik kita bisa melihat ini sebagai pelajaran hidup, jadikan hal-hal tersebut guru kita dalam berjalan sehingga suatu saat nanti kita dapat menceritakan hal ini dengan tersenyum. Kita semakin tegar, semakin kuat karena pernah merasa sakit seperti ini. Well, waspada itu penting, tapi jangan sampai kadarnya berlebihan sehingga membuat kita berhenti melangkah karena ketakutan.
Ingat-ingat pendapatku (kalo mau),
Orang yang bisa menyakiti kita sampai kita merasa sangat tersakiti adalah mereka yang sangat kita percayai dan kita sayangi.