Selasa, 30 Oktober 2012

Guru TK

Hehehehehahahahhaaa.. 

Sebuah predikat, sebuah pekerjaan, sebuah tanggung jawab, sebuah hobi, dan sebuah jalan untuk beribadah. Guru TK. Yak. Hahahaa...

Entah kenapa ya, kata 'Guru TK' ini belum begitu terasa sebagai sebuah 'pekerjaan' untuk saya. Saya memiliki tanggung jawab dan saya diberi bayaran untuk hal-hal yang saya kerjakan. Saya juga harus bangun pagi setiap hari selama 6 hari dalam satu minggu, sampai di suatu lokasi bernama sekolah sebelum pukul 07.00 WIB (seringnya sih lebih yaa..) dan saya juga pulang pada pukul 16.00 WIB (kadang-kadang sih lebih..). Definisi sebelumnya sebenernya sudah cukup membuat 'Guru TK' ini sebagai pekerjaan, tapi nyatanya tidak (setidaknya untuk saya) begitu.

Saya jadi bertanya-tanya, apa yang saya pikirkan saat seseorang berkata, "Kamu Guru TK, ya?" Hmm.. Saya hanya merasa seperti ini: setiap hari bangun pagi dan itu cukup berat untuk dibiasakan, menyiapkan bekal makan pagi, pergi ke sebuah gedung dengan cat tembok warna-warni, menyanyi, menari, tertawa, mengajari menulis, mengajari mewarnai, mengajari berbicara dengan baik, menemani sekelompok anak saat berenang, menemani sekelompok anak saat makan, memandikan sekelompok anak secara bersamaan, memakaikan pakaian sekaligus melatih mereka untuk memakai pakaian mereka sendiri, yahhhh sesekali menemani anak saat pup atau pipis, dan pada suatu ketika di saat keberuntungan sedang berada dalam wujud yang kurang menyenangkan, saya harus membereskan muntahan anak, membereskan ompol seorang anak, atau membereskan pup seorang anak. Deskripsi tersebut memaksa saya untuk lebih merasa sebagai seorang wanita muda yang sedang berlatih menjadi ibu ketimbang sebagai seorang wanita muda yang bekerja sebagai Guru TK. Yak, saya sengaja mencetak tebal dua buah kata untuk menegaskan bahwa saya wanita muda. Hahaha..

Saya merasa lucu atau mungkin sebenarnya perasaan ini adalah suatu bentuk kebahagiaan, ketika saya menyadari bahwa saya adalah Guru TK. Begini, hampir semua orang yang mengenal saya tahu, bahwa cita-cita saya adalah menjadi Guru TK. Sejak saya TK, saya ingin menjadi Guru TK, yaa, walaupun seiring bertambahnya kerumitan pola pikir, cita-cita itu juga ikut berubah menjadi 'ingin menjadi pemilik dan pengelola sebuah TK'. Saya yakin, Tuhan saya Yang Maha Pengertian sedang memberikan pelajaran-pelajaran penting mulai dari hal-hal yang mendasar. Nah, apda kesempatan kali ini, saya ingin sedikit bercerita tentang pengalaman saya sebagai wanita muda yang sedang belajar menjadi seorang ibu sekaligus sebagai wanita muda yang diberi predikat 'Guru TK'. Here we go~

Pada mulanya, saya memiliki bekal persepsi bahwa masa kanak-kanak adalah suatu fase paling menyenangkan pada masa pertumbuhan manusia. Anak-anak adalah makhluk paling menggemaskan di dunia ini. Menyanyi, menari, mewarnai, dan tertawa-tertiwi, itu dunia mereka. Saya cukup ceroboh untuk tidak menambahkan suatu skema bahwa anak-anak bisa mengompol, anak-anak bisa pup dan bahkan pup di celana, anak-anak mudah muntah kalau terlalu kenyang, dan anak-anak itu mood. Saya cukup shock ketika saya berhadapan langsung dengan hal-hal tersebut. Biasanya hal-hal tersebut menular pada saya, saya ikut muntah ketika harus membereskan muntahan seorang anak dan 'membereskan' seorang anak yang pup di celana. Haha.. Ternyata saya belum cukup terampil untuk menjadi seorang ibu. Saya masih terjijik-jijik kalau dihadapkan dengan hal-hal seperti di atas.

Mungkin sebagian besar orang akan merasa "ngga banget lhooo ngebersihin pipis atau pup atau muntahan anak orang", tetapi sebenarnya, kesenangan dan kelucuan dibalik rasa-rasa yang kurang lucu dan kurang menyenangkan itu sangaaaaaaaaatttttt banyak dan sangat besar. Bayangkan saja, setiap hari seusai jam sekolah (Pkl. 14.00, sampai semua anak pulang -- FYI: saya memegang dua kelas, pagi 07.00 - 10.00 dan siang 10.30 - Pkl 14.30) saya memiliki bertumpuk-tumpuk kelucuan anak yang siap untuk dijadikan bahan kebahagiaan. Jumlah kelucuan itu sekitar kepolosan anak-anak selama 3 jam berada di kelas dikalikan dengan 20 anak/ kelas. banyak! Saya memiliki banyak banyak banyak banyak stock bahan dasar yang dapat diolah sehingga menghasilkan tawa. Selain stock kelucuan-kelucuan anak-anak, saya juga sering mendapatkan hal-hal yang dapat saya ambil pelajarannya. Banyak hikmah kehidupan yang saya pelajari dari kehidupan anak-anak lucu itu. Mungkin cerita-cerita tertentu akan saya tuliskan di kempatan yang lain. Yahhhh, saya baru saja teringat bahwa saya membawa lembar evaluasi harian dan setumpuk worksheet anak-anak yang sebenarnya bisa dikerjakan besok setelah Pkl 15.00 tapi saya sedang memiliki niat tulus suci agak memaksa diri untuk membawanya pulang dan mengerjakan di rumah. Hohooo..

Pembaca (anggap aja ada yang baca ya..), menjadi 'Guru TK' itu bukan soal mengajarkan sesuatu pada anak-anak TK, menjadi Guru TK itu lebih kepada mewarnai hari-hari di sekeliling anak-anak usia TK. Guru dan murid selalu saling memberikan pelajaran di setiap kesempatan yang ada. Menjadi Guru TK itu (insyaAllah) BAHAGIA! ;)



2 komentar:

  1. Hei wanita muda :)
    senang sekali membaca tulisanmu ini. Aku berasa seperti melihat kamu menyanyi dan menari sama anak-anak muridmu.

    Aku nggak terbayang gimana ya keadaannya kalau aku ada di posisimu, yang mengurusi anak-anak segitunya. But you seem happy and im happy to hear that. Mungkin ini yang namanya bekerja dengan passion, sehingga "pekerjaan" hanya tinggal label, karena kita tetap merasa kalau kita sedang menjalani hobi kita di wkatu kerja :)

    BalasHapus
  2. haiiihaiii psikolog handal... :D
    aku menantikan cerita2mu lhoo.. kapan kita ketemu-ketemu?
    bener ya Nhira, kalo kerja dan ngerasa seneng, label kerja itu jadi memudar. keingetnya cuma di pagi hari pas mau berangkat dan waktu uda capek saat pulang..
    hehehhee.. :)

    BalasHapus