Sering kali air mata adalah satu-satunya teman yang tidak mau diajak berkompromi.
Mengalir dengan deras sekehendaknya sendiri.
Kedatangannya adalah kejutan besar untukku. Setelah enam kali berganti bulan, hatiku kering karena isinya mulai terserap rindu. Tak jarang aku bersujud lebih lama untuk berdoa pada-Nya, Sang Penguasa Kalbu.
Bagaikan orang yang telah lama hidup tanpa cahaya, dia adalah matahariku. Memberi banyak cahaya dan membiaskan warna pelangi yang menghiasi hari-hariku.
Melihatnya setelah lama buta membuatku ingin menangis di bandara. Hari ini, lima hari sebelum ia pergi ke negeri Gandhi, aku menangis karena harus melepasnya pergi sebuah kota lainnya.
Air mata tidak pernah berkata-kata, mengalir begitu saja. Layaknya kasih sayang dan cinta.
*pukpukpuk tante isya*
BalasHapus