Minggu, 28 Februari 2010

Kasih vs Kasihan

Tiada Tuhan Selain Allah
Malam ini saya bersama Ibu saya mengunjungi rumah teman ibu saya yang bernama Tante K. Tante K adalah seorang wanita berusia kurang dari 40 tahun, ibu dari seorang anak laki0laki dan anak perempuan, dan merupakan istri dari seorang laki-laki yang diberikan anugrah oleh Tuhan.

Tante K adalah wanita yang cukup ulet. Beberapa waktu yang lalu, Tante K memutuskan untuk "kembali ke rumah". Semua kegiatan di luar rumah ditinggalkannya. Tante K mulai memfokuskan diri untuk menjadi istri dan ibu yang baik bagi keluarga kecilnya.

Selain demi keluarganya, Tante K juga mulai memfokuskan diri untuk menjadi hamba yang sholehah -saya tidak tahu istilah apa yang biasa digunakan dalam agamanya bagi seorang wanita yang taat- dengan segala usaha yang digunakannya untuk mendekati Tuhannya.

Menurut saya pribadi -karena saya memutuskan agama Islam sebagai jalan hidup saya- tidak banyak yang berbeda dari apa yang diajarkan oleh agama Tante K dan agama saya. Jika agama saya adalah agama kedamaian, agama Tante K merupakan agama cinta kasih. Tidak ada kedamaian tanpa lahirnya cinta kasih.

Jika semua orang dapat mencintai dan mengasihi sesamanya, kedamaian kemudian akan tercipta.

Cinta kasih Tuhan terhadap hambanya adalah MUTLAK! Kekal dan bukan merupakan kemungkinan. Semua yang dianugrahkan Tuhan kepada hamba-Nya selalu berdasarkan rasa kasih yang tulus dan suci. Tiada kasih seindah kasih Tuhan kepada hamba-Nya.

Dapatkah kita memberikan kasih kita kepada setiap manusia?

Sering kali kita merasakan kasihan kepada sesama kita. Hanya berbeda dua huruf saja, makna kasih yang ada kemudian berubah. Coba kita renungkan sejenak...

Suatu ketika kita berjalan dan bertemu dengan seorang pengemis yang berkebutuhan khusus.. Muncul suatu perasaan spontan di hati kita yang menyebabkan kita ingin memberinya sedikit uang.

Perasaan apakah itu??
Kasih atau kasihan???

Mari kita dalami dua arti kata tersebut..

Menurut Tante T, rasa kasihan lebih sering muncul ketika kita memandang orang lain dengan keadaan lebih buruk dari kita. Misalnya saja contoh di atas, kita memberi uang kepada pengemis tersebut karena kita merasa kasihan. Namun, pernahkah kita merasa kasihan kepada orang yang kaya raya?
Sedangkan kasih adalah perasan yang muncul yang cenderung kita tujukan kepada orang yang sama -sederajat- dengan kita.

Sekarang, coba kita renungkan sekali lagi, rasa kasih atau kasihan yang muncul ketika Anda memikirkan pengemis tersebut? Kalau saya pribadi, rasa kasihanlah yang menyelimuti hati saya ketika membayangkan kisah pengemis tersebut.

Saya tersadar setelahnya,..
Bahwasannya Tuhan menciptakan manusia itu SAMA, yang membedakan mereka adalah ketaqwaan, dan yang dapat menilai ketaqwaan seseorang hanyalah Tuhan. Jadi dapatkah saya dengan pemikiran ini menghilangkan rasa kasihan dan menggantinya dengan rasa kasih? Dapatkah suatu hari nanti saya memberikan uang kepada pengemis hanya berdasar rasa kasih saya??

Saya tak pernah tahu apa hasilnya. Dan menurut Tante T, hasilnya tidak begitu penting dibanding prosesnya dan perjuangannya. Analoginya begini:
Jika saya mencoba untuk mengubah rasa kasihan menjadi kasih di hari pertama, mungkin saya gagal. Di hari kedua mungkin berhasil, namun hari ketiga rasa kasihan yang menang. Hari keempat saya berhasil, begitu juga hari keenam. namun apakah ketika hari ketujuh saya berhasil lagi dan itu telah membuktikan saya telah berhasil menghilangkan rasa kasihan menjadi rasa kasih yang murni? Bagaimana dengan hari kedelapan, kesembilan dan seterusnya?
Rasa kasihan itu tidak akan pernah berubah menjadi rasa kasih selama kita meninggikan diri kita daripada hamba yang lain.

Merendahlah maka kamu akan mengasihi sesamamu..

P.S: Mari kita ciptakan rasa kasih di antara sesama dan mendatangkan kedamaian..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar