Kamis, 12 Agustus 2010

Keluarga Lantai 2 Keboen 36

Dipertemukan oleh takdir Tuhan, enam anak manusia yang sedang berusaha memenuhi kewajiban memenuhi tugas kuliah dipersatukan di bawah langit-langit rumah yang dikenal dengan nama Keboen 36. Mereka lah Nurul Amina, Andryan Wikrawardana, Arba'atun Nashikin, Aditya Kurniawan Saputra, Eka Wahyuni dan Isya Primaruti. Berasal dari backround studi yang berbeda, enam warga baru di wilayah RT 36, RW 9, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta ini bersatu padu dan berjuang keras untuk beradaptasi antara satu dengan yang lainnya. Inilah mahasiswa kebanggaan Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Teknik - Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Ilmu Budaya - Arkeologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik - Komunikasi, Fakultas Ilmu Budaya - Sastra Inggris dan Fakultas Psikologi yang sedang berusaha memenuhi segala persyaratan KKN demi mengisi nilai pada Kartu Hasil Studi sebesar 3 SKS.


Aku, Isya Primaruti.
Pada awalnya aku masih sangat bergantung dengan teman-teman satu fakultasku, ada 4 orang lainnya selain aku dalam unit ini. Namun kini, ketika aku mulai dekat, mulai merasa sangat betah dengan lingkungan KKN ini, aku dihadapkan dengan kenyataan keinginan subunit-subunit lainnya untuk segera kembali ke peraduan mereka masing-masing. Tak berdaya aku melawan keinginan banyak orang, terpaksa mengikuti keadaan, kenyataan penarikan tanggal 31 Agustus dan saat kepulangan tanggal 24 Agustus terus membayang. Tak ingin beranjak dari pondokan yang selalu ramai, dengan suasana kampung yang sangat menjunjung tinggi nilai kegotong royongan dan keguyuban, berpisah dengan saudara seperjuangan yang sudah tinggal bersama hampir 2 bulan. Kesedihan menggantung di pelupuk mata. Tak kuasa aku berpisah dengan 5 orang lainnya yang sudah kuanggap saudara dan keluarga.


Setiap kebiasaan terekam dalam kenangan. ketika pagi hari menyingsing, Mas Andre gembul atau terkadang Adit Batubara atau pun Arby si kormasit berlomba-lomba membangunkan kami tiga wanita. Kebiasaan makan pagi dan makan malam bersama yang selalu diambilkan oleh kormasit dan pasangannya di tempat catering, kebiasaan hom-pim-pah mencari urutan mandi dari yang paling pertama karena kami semua tidak ada yang berkeinginan mandi pertama, jadwal piket mencuci alat makan, menyapu dan membuang sampah, sampai tempat parkir alas kaki yang hanya bertahan sementara saja. Kebiasaan sang kormasit dan sekertarisnya untuk mengisi kantong air penyambung kehidupan yang jika meleset dan tumpah ke lantai akan mengakibatkan teguran halus dari pemilik pondokan. Tak akan terulang lagi hari-hari itu. Setiap waktu memiliki kenangan khususnya. Tiap karakter yang berbeda juga mewarnai hari-hari di lantai 2 keboen 36. Sangat berkesan, tak akan aku lupakan.


Tidak hanya keluarga di subunit, warga kampung RT 36 juga turut menggoreskan kenangan tersendiri. Keramahan dan keterbukaan mereka menerima subunit ini membuatku merasa sangat diterima. Segala hal menjadi lebih mudah. Kewajiban membuat program yang pada awalnya terasa berat berubah menjadi ringan. Warga yang sangat antusias dan segala kemudahan aksesnya membuat aku dan bahkan kami semua di subunit 3 ini bersemangat. berkat kampung ini juga lah, aku merasakan perasaan bangga menjadi panitia HUT RI, merasakan hiruk pikuk ramadhan dan sebagainya. Aku belajar bersosialisasi lebih dekat dengan tetangga..


Tangis, marah, canda, tawa, semua telah aku alami.
Tak sekali pun aku menyesali.
Semua akan terus tersimpan dalam kenangan diri.
Terpotret abadi dalam sudut hati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar