Ku lontarkan salamku sebelum aku memasuki rumah bercahaya kuning itu. Ku tunggu beberapa saat dan ku ulangi salamku.
"Hallo, Assalamu 'alaikum.. Saya boleh masuk ya??"
Tak ada jawaban yang dimaksudkan untukku. Hanya suara keras yang mendengung-dengung di indera pendengaranku yang sebenarnya tidak ku ketahui artinya. Mungkin itu adalah jawaban dari pemilik rumah.
Aku memasuki rumah super besar yang berisi kotak-kotak berwarna cokelat berukuran besar yang mungkin adalah kursi ruang tamu. Dengan kekuatan kecerdasan super yang ku miliki, aku bermaksud duduk di kursi dan menunggu si pemilik rumah untuk berbincang. Aku tertarik untuk berkenalan dengan mereka. Aku sedng mulai mengira-ira berapa lompatan yang aku butuhkan untuk mencapai puncak kursi tersebut saat tiba-tiba suara yang sangat keras terdengar. Aku pun menoleh seketika, mencoba menerka arti perkataan dari suara itu.
Dan, aku pun melihat seorang gadis berbaju putih dengan pola bunga ungu memandang lurus ke arahku. Dia terus mengeluarkan suara, suara yang tak ku mengerti artinya.
Ketika aku sedang memikirkan artinya, aku melihat seorang wanita yang lebih tua dengan baju putih dan celana jeans biru memandangku dan seketika itu dia menyodokku dengan batang-batang panjang berwarna orange. Mungkin benda ini semacam sapu. Karena merasa tergelitik, aku pun melompat, berusa duduk di atas kursi untuk segera mengutarakan maksud kedatanganku. Namun, wanita yang membawa sapu itu terus menggelitikku, menekan bagian tubuhku, aku mulai kesakitan. Maka segera saja aku melompat. Wanita itu terus mendorongku dengan sapu. Aku terpojok. Maka dengan jurus ninja yang telah ku pelajari selama 1 tahun terakhir kemarin, aku segera saja memusatkan cakra ke kaki-kakiku dan memenjat tembok putih rumah itu.
Hup..hup..hup..
Dengan beberapa lompatan besar, aku segera berada di ketinggian. Aku rasa jarak ini cukup untuk menghindari sapu yang masih berusa diarahkan wanita berbaju putih itu kepadaku. Aku tak habis pikir, mengapa dia tega melakukannya padaku. Mungkin aku harus bicara.
"Aku hanya ingin berkenalan. Aku tidak bermaksud jahat. Aku baru saja menempuh perjalanan panjang dan kebetulan aku tertarik dengan rumah kalian. Please, jangan sakiti aku"
Aku sangat berharap mereka mengerti perkataanku. Aku tahu mereka tidak bermaksud jahat, mereka hanya terkejut melihatku yang tiba-tiba datang bertamu. Mereka terdiam.
"Berhasil. Mereka mengerti apa yang ku katakan".
Wut..wut..wut..
Suara ayunan sapu terdengar keras di telingaku. Mereka tidak mengerti. Mereka tidak tahu apa maksud kedatanganku. Lebih baik aku pergi.
Hup!!
Dengan sekali lompatan aku segera saja sampai di lantai rumah itu lagi. Namun, mereka sekali lagi hanya bersuara sangat keras. Keras sekali sehingga aku harus segera menutup kedua telingaku. Kulit hijau mulusku segera saja merinding karena teriakkan kedua yang lebih keras ketika aku melompat menjauhi gagang sapu yang terus mengayun ke arahku.
"Mereka benar-benar tidak mengerti aku. Aku hanya ingin menambah teman."
Aku sedih. Aku bersedih mengapa kami harus dipisahkan oleh perbedaan pemahaman bahasa. Andai saja mereka mengerti apa yang ku katakan dan aku juga tahu apa yang mereka katakan, tentunya kami dapat berteman.
Aku terus melompat menghindari sapu dan terus berusaha mencari jalan keluar. Tentu saja kedua wanita tadi tetap bersuara-suara keras yang artinya tidak jelas. Hanya seperti teriakan ketakutan.
"Apa yang mereka takutkan ya? Aku? Mengapa?"
Aku terus berpikir sambil melompat. Dan tiba-tiba..
Syuuutttt....
Aku terpeleset di sebuah lantai licin berair berwarna sama dengan badanku. Hijau yang damai. Namun warna kedamaian ini pun, tidak mampu menghentikan hujaman sapu yang diarahkan kepadaku.
"Oh, sial! aku terjepit!!"
Aku terjepit sapu yang rupa-rupanya telah berpindah tangan ke seorang lelaki kuat yang berpakaian warna hitam. Aku tak bisa bergerak. Aku tak tahu apa yang dimauinya.
"Pak, saya hanya ingin berkenalan. Tidak ada maksud jahat."
Andai saja mereka mengerti. Andai saja bahasa kami sama. Andai saja aku juga berukuran besar.
"Oh, Tuhan,, Apakah salah jika aku ingin berteman dengan mereka? Bukankah mereka juga makhluk ciptaan-Mu, Tuhan?"
Kresekk.....
Sekarang yang ku rasakan hanyalah bahwa kau berada digenggaman tangan besar berbalut plastik. Aku masih tak mengerti dan mencoba mencari solusi.
Sekarang, aku berada di sebuah tempat gelap, dikelilingi lapisan tak terlihat yang berbunyi, "kresekkk" jika tersentuh. Aku tak tahu aku berada di mana.
A k u h i l a n g .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar