Sore ini, masih terbaring di tempat tidur tanpa pekerjaan berarti, lalu saya putuskan untuk membuka-buka twitter.. Salah satu account twitter yang saya follow tampaknya sedang merasa marah terhadap suatu hal yang mengganggunya. Saya telusuri awal mulanya.. Ternyata ada seorang pengguna twitter lain yang memberi komentar tulisannya dengan kata "Oxymoron".
Saya telusuri pemilik account yang memberi komentar, kita beri dia inisial HFH dan account yg marah-marah karena diberi komentar adalah FB. HFH merasa, penggunaan kata "Oxymoron" itu berarti dua kata yang digunakan bersamaan yang memberi arti yang kontradiktif, contohnya: "sumbangan wajib", "cruel kindness", dll.. Sedangkan pihak yang merasa terserang (FB) merasa bahwa kata "oxymoron" itu memiliki arti lebih-lebih-lebih dari kata "moron" (tolol). Dua hal tersebut memperlihatkan bahwa ada perbedaan pemahaman atau definisi yang digunakan oleh kedua pemilik account tersebut. Hasil ketidaksepahamannya adalah "tweet war" atau "perang tweet".
Saya mendadak teringat kepada salah satu bab yang dibahas dalam mata kuliah Psikologi Umum (sekarang diberi nama Psikologi Dasar) di semester satu tentang "Thinking and Language". Kenyataannya, dalam mempelajari jiwa manusia, ilmuwan psikologi tidak dapat mengesampingkan adanya peranan bahasa dalam perkembangan masa hidup manusia.
"Language is a form of communication, whether spoken, written, or signed, that is based on a system of symbol." -Santrock, 2005.
Pengertian tersebut telah menjabarkan kepada kita mengenai pentingnya bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Manusia membutuhkan bahasa untuk berbicara kepada manusia lain, mendengarkan manusia lain, membaca, dan menulis (de Boysson-Bardies, dalam Santrock, 2005).
Bahasa juga memiliki peran sebagai penyampai pesan dari satu generasi ke generasi selanjutnya yang akan menciptakan kekayaan budaya, menggambarkan adanya peristiwa lampau dan rencana-rencana masa depan, yang tidak hanya berdampak pada pemikiran kita sendiri tetapi dapat juga berdampak pada dunia.
"Language is virtually an unbounded symbol system, so it is capable of expressing most thoughts. At the same time, language is the way we humans communicate most of our thoughts to each other. We do not always think in words, but our thinking would be greatly improvised without words." -Santrock, 2005.
Hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pentingnya penggunaan bahasa adalah bahwa memori tersimpan bukan hanya dalam bentuk suara atau gambar tetapi juga dalam bentuk kata-kata. Adanya bahasa membantu manusia untuk berpikir, membuat interfensi, mengatasi pilihan yang sulit, dan memecahkan masalah (Amsel & Byrnes, dalam Santrock, 2005). Bahasa dapat dianggap sebagai alat untuk merepresentasikan ide/gagasan seseorang (Gentner & Lowenstein, dalam Santrock, 2005). Para peneliti juga mengatakan bahwa bahasa dapat mempengaruhi pemikiran manusia.
Intinya, menurut saya kesepahaman bahasa antara dua orang atau lebih itu mutlak diperlukan untuk menghindari terjadinya salah paham dalam suatu hubungan. Dapat kita bayangkan bahasa yang dimiliki ibu dan anak balitanya yang terkadang terdengar seperti bahasa asing untuk orang lain tetapi dapat menjadi alat komunikasi efektif untuk ibu dan anak tersebut. "Dudugagagigu.." dapat dimaknai ibu yang terbiasa mendengar sebagai permintaan terhadap susu, sedangkan bagi orang lainnya kata-kata yg dikeluarkan si anak hanya dianggap sebagai kata-kata yang tidak berarti.
Nah, adanya bahasa seharusnya menjadi alat yang dapat menjadikan kehidupan ini menjadi lebih baik. Mungkin ada baiknya, saat terjadi kesalahpahaman antara dua orang atau lebih yang terkait dengan bahasa, dapat ditanyakan dulu, "Maaf, sebenarnya apa yang kamu maksud dengan blablabla..?" agar dunia ini damai dan bahasa menjadi alat komunikasi yang efektif dan efisien dalam menggambarkan gagasan yang dimiliki seseorang.