Rabu, 29 September 2010

Sebuah Kesempurnaan yang Tidak Sempurna - Manusia

-Everyone makes mistakes and you don't have to be perfect to be loved-


Berbincang seorang kakak di sore ini, "Dek, kamu ga perlu jadi malaikat yang selalu tampak baik. Tuhan hanya menginginkanmu menjadi manusia biasa. Manusia yang tak berdaya sehingga memohon pada-Nya. Setiap kali kamu ingin menjadi malaikat, Tuhan akan mematahkan sayap malaikatmu, berulang kali akan begitu. Kamu diciptakan menjadi manusia, karenanya, kamu boleh salah, ngga harus selalu benar".


Kalimat-kalimat itulah yang menyadarkan aku di sepotong senja, setelah hiruk pikuk kerja mulai sirna dan ruangan yang ramai kembali tenang seolah ikut mendengarkan. Pembicaraan dua anak perempuan itu menguasai ruangan. Di antara tumpukan kertas tes, alat tulis dan deru halus suara pendingin udara yang membuat kami merasa lebih nyaman, kami berkelana pada banyak masa kehidupan. Dibuka dengan sebuah cerita lalu tentang kenaifanku sebagai manusia "tak pernah ingin tampak buruk" atau dengan kalimat lainnya adalah "selalu ingin tampak baik".


Ternyata kami sama, tak hanya aku yang begitu, atau setidaknya dulu kami sama. Entah dipengaruhi budaya atau ajaran keluarga, kami adalah contoh manusia yang ingin selalu tampak bagai malaikat. Senyum ceria, ramah, suka menolong, tidak membenci, serba bisa, pintar, mudah memaafkan, mengasihi setiap makhluk ciptaan-Nya dan yang lainnya, itulah yang ingin kami citrakan pada dunia. Namun setelah kami mampu memahami, dibalik semua hal itu telah tersembunyi kepedihan hati yang bersemayam di bagian gelapnya sisi kehidupan, sebuah bagian kehidupan yang tak ingin kami biarkan setiap orang menyadarinya.


Kepahitan yang ku telan, kemarahan yang ku pendam, rasa benci, iri dan bahkan dendam yang selalu ku redam, semua menyeruak dengan kalimat yang meluncur dari hati kakak cantik itu, "kamu bukan malaikat". Tersadar dari dunia fana ini, entah berapa lama aku menjalani hidup sedemikian rupa agar aku tampak hebat, tampak pintar, tampak perkasa dan tampak tangguh. Entah berapa lama aku menahan tangis, menyembunyikan air mata kepedihan, dan berusaha mengubahnya menjadi tawa, sebuah tawa semu yang tak sempurna. Tawa yang hanya berupa lengkungan bibir yang sempurna dengan sudut-sudut bibir mengarah ke tulang pipi namun tak disertai emosi. itulah tawa yang ku persembahkan kepada semua orang 6 tahun terakhir ini.


Manusia itu sempurna karena dapat berpikir, dapat berlaku sesuai kehendak dan dapat merasakan rasa. Tapi karena hal itu juga lah yang menjadikan manusia tidak sempurna. Manusia bisa merasa marah, bisa menangis dan bisa lemah, tak perduli seperti apa, Tuhan menyukai manusia yang apa adanya. Tuhan menginginkan manusia-Nya bersandar kepada-Nya. Jadilah manusia, manusia ciptaan Tuhan yang terbentuk oleh daging dan tulang, bukannya terbentuk oleh cahaya.

Kamis, 23 September 2010

Terbawa Suara Hujan

Air yang menetes menimbulkan suara di antara malam

Teringat suatu masa di mana rintikannya menjadi latar belakang

Masa ketika aku duduk berlinang air mata bersama seorang teman

Menyaksikan kelebatan adegan demi adegan yang memilukan


Merindukan masa itu..

Masa di mana keramaian adalah sesuatu yang pasti

Walau waktu berlalu..

Masa itu akan tetap menjadi prasasti..


Sebuah tugu memori di dalam hati..


*masa-masa nonton My Name Is Khan bareng Mba Nurul di suatu Jumat malam.. Menanti warga pondokan pulang dari futsal (Mas Andre) dan yang cari makan karena kelaperan (adit, arby, echa)*

Harta Karun dari Masa Lalu: OST. Kobo chan

Di dunia ini semua bisa terjadi dan apa yang akan terjadi

Kita tak akan pernah mengetahui

Marilah kita hadapi pasti ada jalan keluar

Hari ini entah siapa yang akan bahagia

One two three four..

Nippon nippon cha cha cha cha cha

Kobo duduk di atas batu

Nippon nippon cha cha cha cha cha

Tralalallala galileo..

Tiap hari hahahahahhaa

Tawa canda ada di mana-mana

Tiap hari hahahahhaa

Aku benci makan pisang

Nippon nippon cha cha cha cha cha..

Tawa canda selalu ceria

Nippon nippon cha cha cha cha cha..

Bersemangat lah selalu!!!!

Nippon cha cha cha nippon cha cha cha

Nippon chacha cha cha cha cha chaaaa...

Rabu, 22 September 2010

Overestimate: Ketika Cinderella, Aladdin dan Dora Belajar dari Kesalahan

Pernah merasa kecewa? sakit hati? bodoh? sampe-sampe bingung caranya nangis?? Mungkin itu perasaan para komandan yang dikhianati tentaranya, atau presiden yang ditusuk dari belakang oleh menterinya. Merasa salah meletakkan kesalahan, merasa seperti orang yang paling semangat padahal yang lainnya biasa aja..


Terbangun dari mimpi indah, berharap mimpi itu berseri, tapi tenyata sudah harus kembali ke realita. Mungkin akan sama rasanya ketika Cinderella ngga bisa nunjukin sepatunya pada pangerannya karena sepatu itu disembunyiin Ibu peri, atau ketika Aladdin balik dimasukin ke dalam lampu ajaib oleh si Jin warna biru, atau ketika tiba-tiba Dora sadar kalo Boots adalah sahabatnya Swipper.


Hard to believe it...


Gimana perasaan Cinderella, Aladdin dan Dora?

Ketika mereka terbangun dan sadar kalo ternyata mereka telah overestimate -minilai terlalu tinggi- ke orang-orang yang mereka kira penolong, teman seperjuangan, bahkan mungkin sodara (aku selalu mikir kalo Boots adalah adek laki-laki Dora).


Mungkin kalo mereka nyata atau ternyata penulis cerita mereka menulis salah satu episode mirip sama dengan yang aku gambarkan, aku rasa Cinderella yang tegar bakalan diem, duduk, ngga ngerti lagi harus gimana. Cinderella mungkin sulit untuk nangis karena semua akan bercampur dalam hatinya, marah, sedih, malu, dan berbagai macem perasaan yang bisa ngegambarin betapa shock-nya Cinderella atas tindakan Ibu perinya. Aladdin? How about Aladdin? Aladdin bakal lebih parah, dia bahkan ngga akan bisa keluar dari lampu ajaib itu sampe ada orang yang sadar Aladddin ilang, mengira-ira di mana Aladdin ilang, cari-cari keberadaan si Aladdin dan betapa kecil kemungkinan bakal ada orang yang sadar kalo si Aladdin masuk ke dalem lampu ajaib? Boro-boro ketemu Putri Yasmin,, bisa-bisa ga sampe sehari si Aladdin uda berubah jadi Jin juga. Hmm,sekarang Dora. Dora, gimana kira-kira rasanya jadi Dora dengan partener seperti Boots yang ternyata ga punya semangat juang kaya semangat juang Dora? Gimana kalo suatu ketika dengan tiba-tiba di tengah perjalanan mereka ke rumah nenek atau siapa pun si Boots ngerebut ransel Dora dan kasih ransel itu ke Swipper? Gimana Dora bisa nemuin jalan tanpa ada si Peta yang disimpen di ransel? Gimana Dora bisa ambil barang-barang -yang kadang terlalu besar untuk dimsukin ransel dan ga logis untuk dibawa anak kecil seumuran Dora- yang bisa bantu dia mencapai tujuannya?


Pertanyaannya adalah: Apakah Cinderella, Aladdin, dan Dora pernah berpikir, seandainya apa yang ada dipikiran partener mereka itu tidak sama atau mungkin bertolak belakang dengan pemikiran mereka?


Mungkin Cinderella, Aladdin dan Dora lupa perkataan temen mereka:


"We don't see things as they are, we see them as we are." - Anais Nin


Itulah,,mungkin ngga cuma Cinderella, Aladdin dan Dora (episode dongeng gila) mungkin juga aku atau kamu pernah merasakannya..

Melihat sesuatu hal tidak seperti mereka yang sesungguhnya, tetapi kita melihat mereka seperti kita melihat kita. Menggunakan persepsi kita untuk melihat persepsi orang lain sehingga persepsi orang lain tampak seperti persepsi kita..


Persepsi?? apa itu persepsi? tentunya bukan persepsi pernikahan (*resepsi), persepsi adalah cara pandang, atau sudut pandang seseorang yang nantinya akan mempengaruhi banyak hal. Persepsi bisa mempengaruhi cara pikir, persepsi bisa mempengaruhi suasana hati, dan persepsi juga bisa mempengaruhi cara kita bertingkahlaku. Semua karena persepsi. Tentunya ga sesederhana itu, banyak hal yang mempengaruhi persepsi manusia, dan banyak juga efek dari persepsi yang mempengaruhi kehidupan kita.


Semua kejadian seperti si sakit hati, merasa terkhianati, merasa dibodohi, atau rasa marah yang dialami tiga tokoh cerita ini kemungkinan besar dipengaruhi kesalahan persepsi mereka dalam melihat hal yang ada. Bukan salah Ibu Peri, Jin Biru, atau Boots kalo ternyata mereka ngga sepikiran dengan partner mereka. Mungkin memang dari awal mereka berniat seperti itu, cuma si Cinderella, Aladdin dan Dora aja yang keGRan (*Gede Rasa) merasa bahwa tiga makhluk -yang disangka- partner itu sepikiran dan bersedia maju berperang bahkan bersedia berjuang bersama mereka.


Sedih?

Kalo aku jadi salah satu dari mereka, jawabanku adalah,"IYA".

Sudah salah meletakkan kepercayaan, itu yang terlihat dari sisi kita. Tapi dari sisi seberang, apa yang mereka pikirkan? Apakah benar mereka memang menyalahgunakan kepercayaan? Jangan-jangan cuma kita aja yang sok percaya dan kemudian terlukai karena kepercayaan yang kita berikan ternyata tidak pernah diterima oleh mereka dan kemudian kepercayaan yang kita harapkan akan dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak yang kita rasa menerima kepercayaan itu berbalik seperti boomerang yang kemudian menyakiti diri kita.


Nah, bagi aku dan mungkin kamu yang pernah merasakan hal ini, hikmahnya adalah jangan terlalu tinggi atau terlalu lebay dalam melihat sesuatu hal, jangan juga kita terlupa untuk mengkonfirmasi apakah pemikiran kita sama, apakah pandangan kita sudah sejalan. Penting untuk diinget juga, jangan pernah memaksakan pandangan karena setiap orang punya keunikan mereka sendiri untuk berkembang. Tapi jangan trauma juga, lebih baik kita bisa melihat ini sebagai pelajaran hidup, jadikan hal-hal tersebut guru kita dalam berjalan sehingga suatu saat nanti kita dapat menceritakan hal ini dengan tersenyum. Kita semakin tegar, semakin kuat karena pernah merasa sakit seperti ini. Well, waspada itu penting, tapi jangan sampai kadarnya berlebihan sehingga membuat kita berhenti melangkah karena ketakutan.


Ingat-ingat pendapatku (kalo mau),

Orang yang bisa menyakiti kita sampai kita merasa sangat tersakiti adalah mereka yang sangat kita percayai dan kita sayangi.

Selasa, 21 September 2010

Kulit, Kacang, Kenangan dan Komunikasi

Dilupakan itu rasanya sakit, tapi berusaha mengingat itu juga sakit. Mungkin rasa penasarannya akan sama dengan perasaan penasaran ketika kita berusaha mengambil upil yang terasa mengganjal hidung namun ternyata kita tidak bisa menjangkaunya.

"Seperti kacang yang lupa pada kulitnya".

Kesan awal dari pribahasa ini rasa-rasanya berarti si kacang melupakan si kulit dan aku jadi kepikiran kalo aja si kulit bisa ngomong, mungkin si kulit bakalan mencak-mencak marah-marah ke si kacang, "Woi,,ko kamu lupa sama aku? Bukannya kita uda bareng-bareng dalam waktu lama?". Tapi kenapa ga begitu? Kenapa ga ada pribahasa:

"Seperti kulit yang marah pada kacang"?

Apa bener murni gara-gara si kulit ga bisa ngomong? Apa jangan-jangan bukan karena ga bisa ngomong, tetapi emang si kulit ga mau ngomong? Mungkin juga si kulit diem karena si kulit yang uda kenal sifat si kacang bisa memahami kenapa si kacang begitu. Mungkin juga si kulit udah maafin sikap si kacang yang ngelupain dia. Atau kalo berpikir jelek tentang kulit, mungkin si kulit malah seneng dilupain ama si kacang. Lebih jahatnya lagi, jangan-jangan si kulitlah yang ngebuat si kacang lupa sama dia.

Aku ga pernah tau apa alasan diemnya si kulit atas perilaku si kacang. Hmm, jangan-jangan, si kulit kena amnesia dan lupa juga ma si kacang? Makanya si kulit ga kerasa kalo dilupain ma si kacang.

Sekarang aku mulai berandai-andai yang lain lagi, andai aja si kulit memang dilupakan dan andai aja si kacang emang uda ketemu kulit lainnya. Apa lagi arti kenangan mereka kemarin? Apa yang bakal dilakuin si kulit selanjutnya? Apakah si kulit akan ikut-ikut melupakan si kacang? Atau kah si kulit akan tetap diam menunggu karena diam-diam dalam hati kecilnya, si kulit yakin kalo suatu saat nanti si kacang bakal inget dan kembali ke si kulit?

Apakah suatu hari nanti akan lahir pribahasa:

"Seperti kulit dan kacang yang bertemu lagi karena ada sumur di ladang"?

Intinya si, aku cuma terlintas untuk berpikir bahwa diam tidak selalu emas, diam bisa jadi adalah parang. Coba kalo si kulit yang diem itu ternyata salah paham sama si kacang, ternyata si kacang ngga pernah nglupain si kulit dan si kulit yang terlanjur emosi, marah-marah ma si kacang sambil bawa parang. Atau malahan,, ternyata selama ini si kacang merasa dicuekin ma si kulit dan diem-diem mendendam trus ngedatengin si kulit sambil bawa parang. Hoah!! Jadi serem malahan. Hehe..

Hmm,cerita si kacang dan si kulit malah jadi nglantur kemana-mana dan jadi ga nyambung sama arti pribahasanya ni.. Hehee.. Intinya si,,merasa dilupakan dan sakitnya susah mengingat sebaiknya dikomunikasikan. Siapa tau ada salah paham aja di salah satu pihak. Dari kisah si kulit dan si kacang ini aja sdah bisa dilihat bahwa diamnya si kulit maupun si kacang tanpa ada kejelasan berhasil ngebuat aku berandai-andai, mereka-reka banyak kemungkinan dan kesoktahuan mengenai hal yang telah terjadi di antara mereka. Apalagi di jaman di mana manusia bermanja-manja dan bergantung pada provider kartu telpon seluler, siapa tau si sms atau telpon yang ngga sampe itu, asik-asikan muter-muter melingker-lingker di atas pager dulu baru menuju handphone yang tepat, atau jangan-jangan si pesan komunikasi itu malah tersesat dan ga pernah sampe sehingga memunculkan perpecahan di antara penggunanya. Jangan sampe kenangan yang terjalin indah selama ini hilang membuat tidak lagi menjadi kenangan penting penghibur memori, hanya karena sebuah kesalahpahaman gara-gara tidak lancarnya komunikasi.

Nah, dari perandaian ini aku berharap, semoga si kulit dan si kacang yang berada di seluruh penjuru dunia -apapun bentuknya- bisa berkomunikasi dengan lancar.

Kenangan tidak dapat dibeli, kenangan memiliki harga mahal.

Kenangan akan hilang ketika tidak ada lagi yang mengingatnya.

Jangan sampai harta karun berharga bernama kenangan menghilang karena dilupakan akibat kesalahpahaman dalam komunikasi.

Sabtu, 18 September 2010

Berjalan-jalan ke TK

Masih terekam jelas dalam ingatan ketika aku duduk di bangku TK pertamaku. Hari-hari yang sangat berkesan dari TK ABA WIROBRAJAN adalah ketika aku selalu datang terlambat di hari Sabtu karena sebelum pergi ke sekolah,aku dan keluargaku selalu berenang di kolam renang Umbang Tirto dari pkl. 06.00-09.00. Pelajaran yg sangat aku ingat di TK ini adalah ketika aku diminta memejamkan mata lalu di lidahku ditaruh berbagai zat dengan beraneka rasa, kami para siswa diminta menebak nama rasa tersebut.

Pada TK tingkat Nol Besar, aku dan keluarga pindah rumah ke daerah Wirosaban. Rumah yg sangat luas, mungkin terasa sangat luas karena waktu itu aku begitu kecil. Di rumah baru ini, aku mendapatkan kamar sendiri. Kamar yang saat itu terasa sangat besar -karena entah bagaimana, seiring berjalannya waktu, kamar ini mengalami penyusutan- yang berada di bagian barat dengan sebuah jendela menghadap utara, membuat kamar ini gelap sekaligus selalu sejuk. Di bulan Juli itu, aku berpindah sekolah ke TK ABA KARANGKAJEN. Ingatanku pada masa ini jauh lebih banyak dari pada ketika aku berada di kelas Nol Kecil. Aku masih ingat jelas pelajaran membuat mozaik dari kertas emas warna-warni yang dicocok menggunakan paku, permainan menggunakan lilin (wax), permainan puzzle, hingga pengalaman tak terlupakan sebagai murid baru, memperkenalkan diri di depan semua teman baru sendirian -waktu itu orang tuaku sudah sibuk bekerja, hari pertamaku sekolah di TK asing ini pun aku lalui sendirian- hampir pipis di celana rasanya -apa udah ya-. Di TK ini aku kenal piket bawa gelas ke tempat cucian, aku suka kegiatan ini, biasanya aku piket bareng Chandra -sahabat TKku yg langsung akrab sama aku, aku inget dia punya banyak gantungan kunci di tasnya, ngga tau lagi sekarang dia di mana, tapi aku harap dia baik2 aja- berebutan sama anak2 lain. Biasanya setelah makan snack itu, ada waktu untuk cuci tangan dan gosok gigi. Seru. Hhmm,dari kecil itu pun aku uda suka duduk di depan. Suka merhatiin guru dan bisa dibilang bukan anak yg ribut. Rambutku juga uda panjang dari kecil. Inget bgt dulu aku sering "dijambak" sama temen, namanya Mba Tazsha -entah gimana dia nulis namanya, dia dipanggil mba katena setau aku badannya lebih besar dari pada temen2-, pertama2 aku diem,tapi lama2 sakit. Aku disuruh ibuku ngadu ke guru. Bu guru cuma nasehatin Mba Tazsha seadanya -aku yg waktu itu ngrasa ga adil langsung mikir,pasti gara2 ibunya Mba Tazsha ini juga guru- sampe akhirnya ibu memutuskan untuk mengalah dan rambutku dipotong. Berebut ayunan, luncuran, sampai mainan yg panjat2an,,semua sudah aku rasakan. Dulu ni ya, tiap hari aku ganti gaya rambut, ibu selalu sedia stock karet jepang buat nguncir rambutku tiap pagi. Dari kecil ini juga aku selalu lebih milih sepatu kets daripada pantofel. Sepatu kets kesayanganku adalah sepatu kets yang bisa nyala kalo diinjek yang merknya PRO ATT. Aku juga selalu pake ransel, ga punya tas slempang. Ternyata hal-hal kaya gtu kebawa sampe sekarang -cuma sekarang uda rada ganjen dan uda kenal dunia kerja, jadi sekarang lagi seneng2nya pake hand bag dan heels-. Waktu kecil ini juga, aku selalu dijemput sekolah oleh "mbak"ku naik sepeda. Jadi, pagi pas mau sekolah aku dianter ibu, siangnya dijemput "mbak". Biasanya sambil nunggu jemputan, aku dan si tas ransel, botol minum dan sepatu kets nangkring dengan manis di atas besi panjat2an yg mgkn tingginya 3meter -suka banget duduk di situ, karena dari situ aku bisa ngliat banyak hal dari atas-. Di sepeda jemputan yg sekarang uda rusak diem tertidur di gudang, aku lihat banyak hal waktu pulang sekolah. Pernah suatu saat waktu bengong ngliatin lampu merah -mempertanyakan urutan nyala lampu-, kakiku ga sadar masuk ke jeruji sepeda. Pas itu aku ga pake sepatu,,jadinya lecet deh.. :p

Oya,satu2nya guru TK yg ngajar aku waktu aku belajar di TK ini adalah Bu Rudi, dengan murid2 yg masi aku inget: Luci, Chandra, Aan, Fian, Hanum, Tazsha, Dena, Tyas, Agung, Rosa, Nisa, Gissela, hmm.. Siapa lagi ya? ga terlalu inget juga karena aku murid baru dan ga sempat deket ma semua anak.

Dari kecil juga, aku paling suka pelajaran kesenian -walau aku ga berbakat- tapi seenggaknya pelajaran kesenian cocok sama aku karena pelajaran ini ga ngebosenin.

Oya,kalo ga salah inget,nama kepala sekolahku ini adalah Bu Suti, aku sendiri lumayan akrab dengan beliau, karena sebagai murid baru, beliaulah kenalan pertamaku di TK, dan ga jarang juga kalau aku lama belom dijemput, Bu Suti ngajak aku tunggu jemputan di ruangan beliau. Hmm,,apa kabar beliau ya? Berapa murid yang sudah berkenalan dengan keramahannya? Hebatnya kepala sekolahku.. Mungkin karena pengalaman TK yang menyenangkan ini, makanya uda dari kecil juga aku punya cita-cita jadi guru TK. Aku harap suatu saat akan terjadi.

Acara puncak di TK adalah hiruk pikuk persiapan pelepasan siswa. Semacam pesta kelulusan TK gitu lah. Aku inget banget, waktu acara itu aku pake baju muslim pasangan baju panjang, rompi, dan celana. Warnanya putih, ungu, di kain putihnya ada motif wajik dan bulet warna orange dan hijau. Rasanya bangga banget pegang sertifikat lulus TK dan surat rekomendasi ke SD MUHAMMADIYAH KARANGKAJEN II YOGYAKARTA.


...bersambung...